Thursday, March 28, 2013

Pertanian Padi di Lahan Rawa Lebak

Padi merupakan salah satu komoditas pangan yang dibudiayakan hampir di seluru wilayah di Indonesia. Selain sebagai makanan pokok, toleransi padi pada berbagai kondisi iklim dan tanah yang luas membuat padi banyak dibudiayakan masyarakat. Lahan rawa lebak memiliki beragam potensi yang akan sangat berguna ketika mampu menggalinya. Salah satu potensi yang ada di lahan rawa lebak adalah potensi untuk bidang pertanian. Lebih spesifik lagi, potensi lahan rawa lebak adalah untuk pertanian padi. 

Jeis padi yang umum dibudiayakan pada lahan rawa lebak adalah padi rintak dan padi surung. Padi rintak biasa ditanam pada musim kemarau ketika air yang menggenangi rawa lebak tidak terlalu tinggi. Padi surung ditanam pada musim hujan ketika lahan rawa lebak tergenang air cukup tinggi. Padi rintak ditanam pada musim kemarau karena dari sisi morfologi, padi jenis rintak memiliki tinggi yang tidak terlalu tinggi. Selain itu, padi rintak juga tidak tahan dengan genangan air yang tinggi dan dalam durasi waktu yang lama. Padi rintak pada umumnya memiliki umur yang pendek. Jenis padi irigasi yang ditanam sebagai padi rintak misalnya IR
42, IR 64, IR 66, cisoka, cisanggarung, ciherang, dan mekonga. Sedanglkan padi yang memang cocok dibudidayakan pada lahan pasang surut adalah Kapuas, lematang, dan margasari. Padi surung ditanam pada musim hujan karena memiliki sifat seperti mampu memanjang mengikuti kenaikan genangan air dan dapat tegak kembali setalah rebah. Jenis padi surung diantaranya adalah nagara, tapus, dan alabio. 

Sistem tanam padi pada lahan rawa lebak sangat tergantung pada keadaan musim dan ketinggian genangan di lahan. Sistem tanam padi dapat berupa sistem sawah, gogo rancah, rancah gogo, atau gogo tergantung pada musim dan ketersediaan air. Jika menggunakan sistem sawah, maka tanam dilakukan pada musim hujan atau pada awal akhir musim hujan. Sistem gogo dilakukan pada musim kemarau dan air masih tersedia. Sistem gogo rancah penanaman dilakukan pada akhir musim kemarau atau awal musim hujan. Rancah gogo dilakukan pada akhir musim hujan menjelang musim kemarau. 

Keberhasilan budidaya padi pada lahan rawa lebak sangat tergantug pada keramahan alam karena seringkali lahan rawa lebak mengalami kebanjiran. Banjir di lahan rawa lebak khususnya di Indonesia biasanya bersifat mendadak, berbeda dengan yang ada di Thailand dan Bangladesh yang datang secara bertahap sehingga dapat diikuto oleh pertumbuhan panjang batang padi. Hal yang perlu diperhatikan adalah penentuan waktu tanam. Keterlambatan waktu tanam menyebabkan tanah dapat menjadi sangat tergengang atau sangat kering sebelum tanam dilakukan. Selain itu, juga ada peluang akan terjadi genangan yang tinggi ketika panen berlangsung. Oleh karena itu, apabila waktu yang tersedia sedikit, diperlukan varietas yang memiliki umur pendek sehingga dapat panen sebelum air datang. 

Rawa lebak tergolong lahan yang subur karena adanya luapan banjir sehingga terjadi pengkayaan unsure hara. Pengkayaan unsure hara membuat ameliorant dan beberapa pupuk relative dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Namun demikian, pemberian pupuk dan bahan ameliorant memberikan respon kepada padi dan menghasilkan panen yang lebih tinggi. Selain pupuk kimia, dapat pula diberikan pupuk hijau seperti azolla, anabaena, kiambing, dan lain sebagainya. Pemberian pupuk dengan cara dibenamkan atau dalam bentuk briket lebih baik karena memberikan hasil padi yang lebih tinggi. 

Gangguan yang sering mncul pada padi lahan rawa lebak adalah adanya hama dan penyakit yang menyerang. Hama utama yang menyerang adalah tikus, ulat grayak, penggerek batang padi, wereng coklat, hama putih palsu, dan walang sangit. Penyakit yang sering ditemukan pada padi lahan rawa lebak adalah blas, bercak coklat, hawa pelepah daun, dan bakanae. 


Sumber: 
Noor, Muhammad. 2007. Rawa Lebak: Teknologi, Pemanfaatan, dan Pengembangannya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

No comments:

Post a Comment