Sunday, April 21, 2013

Pengenalan Gadung (Diosceora hipsida)

Tanaman gadung berasal dari India dan Cina Selatan kemudian menyebar ke Asia Tenggara sampai dengan New Guinea. Ganyong memiliki batang berwarna hijau dan berbentuk bulat. Di sepanjang batangnya tumbuh duri yang besar, tajam, dan banyak. Daun ganyong termasuk daun majemuk yang langsung menempel pada batang dan beranak daun tiga. Terdapatnya anak daun pada daun yang besar merupakan salah satu yang membedakan tanaman gadung dengan tanaman yang lainnya. keunikan lain dari tanaman gadung adalah adanya umbi gantung yang berbentuk seperti bintang yang menempel pada batang. Bunga gadung termasuk bunga majemuk yang meuncul pada ketiak daunnya. Kelopak bunga berbentuk corong dan berwarna kuning. Umbi gadung berbentuk bulat dan ditumbuhi akar yang menempel pada permukaannya. Setelah beberapa lama, akar akan patah sehingga permukaan umbi gadung terlihat tidak rata. Jika dikupas, umbi gadung akan berwarna kuning. 

Tanaman gadung dapat tumbuh pada berbagai tipe dan jenis tanah seperti tanah merah, tanah hitam, lempung, kapur, ataupun tanah berpasir. Tanaman gadung tumbuh baik pada daerah yang dinaungi dan biasanya memang ditanam di bawah tegakan pepohonan. Gadung mudah dijumpai di daerah kapur seperti gunung kidul dan juga tanah berpasir seperti di parangtritis. 

Tanaman gadung diperbanyak dengan menggunakan umbinya. Tiap umbi memiliki satu mata tunas yang dapat dijadikan bibit. Sebelum penanaman, tanah lokasi penanaman harus digemburkan terlebih dahulu kemudian dipersiapkan lubang tanam yang seukuran dengan tunas yang akan ditanam. Pemeliharaan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar pertanaman gadung. Pemupukan dilakukan dengan menambahkan pupuk kompos dan pupuk kandang. Setelah berumur satu tahun, tanaman gadung sudah dapat dipanen. 

Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan dari tanaman gadung adalah umbinya. Umbi dikonsumsi dalam bentuk umbi kukus ataupun keripik gadung. Untuk menghilangkan rasa gatal da racun yang berada di dalam umbi gadung, digunakan kapur atau abu yang dilumurkan pada seluruh permukaan irisan umbi. Irisan tipis umbi tersebut kemudian diberi tekanan hingga keluar air dari dalam umbi tersebut kemudian diperam atau dibiarkan hingga 48 jam. Gadung dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan untuk dibuat keripik gadung yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Pemasaran gadung dalam bentuk keripik lebih disukai konsumen dan sudah dikenal masyarakat secara luas. 

Sumber: 
Simpul Pangan Jogja. 2004. Umbi-umbian yang Berjasa yang Terlupa. SImpul Pangan Jogja-Yayasan Kehati, Yogyakarta. 

1 comment:

  1. terimakasih mas udah menyebarkan informasi ini. jadi teringat saat menyusunnya bersama kawan2 di jogja dengan dukungan dari kehati..

    ReplyDelete