Sunday, July 13, 2014

Budidaya Selada secara Organik

Kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat menjadikan permintaan produk pertanian organik semakin meningkat. Salah satu produk pertanian organik yang paling banyak permintaannya adalah sayuran. Hal ini karena sayuran merupakan salah satu kebutuhan mendasar setelah penghasil karbohidrat seperti beras ataupun gandum. Selada merupakan sayuran yang paling banyak peminatnya karena dapat dijadikan beraneka macam olahan masakan. Budidaya selada secara organik disamping menyediakan selada dalam jumlah yang dibutuhkan konsumen juga memiliki nilai tambah berupa nihilnya residu-residu kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

1. Asal Bibit
Terdapat banyak versi asal bibit yang dapat digunakan untuk pertanian organik. Yang pertama, bibit atau bahan tanam yang digunakan sebaiknya tidak berasal dari produk rekayasa genetik. Namun hal ini masih menjadi polemik karena masih terdapat beberapa pandangan dan batasan yang berbeda-beda terkait dengan pertanian organik. Yang kedua, benih atau bibit yang digunakan sebaiknya tidak diberi perlakuan bahan-bahan yang dilarang dalam pertanian organik karena menimbulkan residu yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. 

2. Pesemaian
Disiapkan media semai berkomposisi pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 2:1. Bak dengan ukuran 30 x 40 x 5 cm disiapkan sebagai wadah pesemaian. Media kemudian disiram dengan menggunakan pupuk organik cair. Media yang sudah dipupuk kemudian dibuat alur dengan jarak antar alur 3-4 cm dan kedalaman 1 cm. Benih disebarkan ke alur yang sudah dibuat dengan jumlah 5-10 benih setiap 1 cm. Media kemudian ditutup dengan tanah steril setebal 1 cm. Permukaan media kemudian ditutup dengan plastik atau karung selama 2-3 hari sampai benih berkecambah.

3. Penyiapan lahan
Sebelum ditanami, lahan digemburkan dengan cara dicangkul atau ditraktor untuk memperbaiki aerasi dan drainese tanah. Jika tanah agak masam atau masam, ditambahkan kapur dengan dosis sekitar 2 ton/ha. Lahan didiamkan selama kurang lebih 7 hari menunggu suhu tanah stabil dan tidak terlalu tinggi. Pupuk kompos sebanyak 3 ton/ha ditambahkan kemudian tanah diolah kembali untuk mencampurkan pupuk dengan tanah yang awalnya sudah diolah.

4. Persiapan bedengan
Bedengan dibuat dengan lebar 1 meter dan tinggi 20 cm. Jarak antar bedengan adalah 40-50 cm. Bedengan selanjutnya ditaburi bokashi dengan dosis 2-4 kg/m2 dua minggu sebelum penanamn. Bibit yang telah berumur 2 minggu kemudian dipindahkan dari pesemaian ke bedengan dengan jarak tanam 25 x 25 cm dan setiap lubang diisi dengan 1 bibit. Penyulaman tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 2 hari setelah tanam. Pembumbunan dan penyiangan dilakukan 15-30 hari setelah penanaman.

5. Pemeliharaan
Penyakit yang banyak dijumpai adalah penyakit busuk akar yang disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia. Cendawan Rhizoktonia sering menyerang tanaman yang masih muda. Pengendalian secara organik adalah dengan pengendalian hayati menggunakan daun mimba. Daun mimba sebanyak 8 kg dicampur dengan lengkuas 6 kg, serai 6 kg, dan tembakau. Semua bahan ditumbuk dan dihaluskan dalam 20 liter air kemudian dibiarkan selama 24 jam. Semua bahan beserta air yang ditambahkan kemudian disaring . hasil saringan kemudian diencerkan dalam 30 liter air dan dapat digunakan untuk menyemprot hama beserta patogen penyebab penyakit.

6. Panen
Selada dapat dipanen pada saat berumur 45-50 hari setelah tanam. Pemanenan dilakukan dengan memotong bagian pengkal selada atau dengan mencabut selurub bagian tanaman selada.

Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Administrasi Jakarta Barat Kecamatan Kalideres.

No comments:

Post a Comment