Tuesday, April 28, 2015

Mengenal Tanaman Kepel (Stelenocarpus burahol)

buah kepel
Kepel merupakan tanaman dari keluarga kenanga-kenangaan dan memiliki beragam nama di Indonesia. Di Jawa, kepel juga dikenal dengan nama simple atau kecindul. Di Sunda, kepel dikenal dengan nama buahol atau turulak. Di Indonesia, kepel termasuk tanaman yang langka. Walaupun demikian, secara spesifik kepel masih banyak dijumpai di Daerah Istimewa Yogyakarta dan dianggap sebagai salah satu tanaman yang mencitrakan Yogyakarta. 

Kepel berasal dari Malaysia dan juga Jawa. Secara umum, kepel tumbuh baik pada tanah yang subur, banyak mengandung humus, dan memiliki kelembaban yang relatif tinggi. Kepel dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian 150 sampai dengan 300 mdpl. 

Kepel merupakan tanaman berbentuk pohon dengan ketinggian pohon dapat mencapai 20 meter. Terdapat benjolan-benjolan pada batang kepel akibat tangkai bunga dan buah yang tumbuh dari batang. Kepel memiliki bentuk tajuk kerucut dan cabang-cabangnya tumbuh hampir mendatar.
Daun berbentuk lonjong sampai bulat, daun tunggal dengan bagian tepi daun yang rata. Daun muda berwarna merah mengkilat dan daun tua berwarna hijau tua. Bunga kepel berwarna kuning pucat, berbulu dan mengeluarkan aroma yang sedikit harum. Bunga menempal pada batang yang dekat dengan permukaan akar sampai dekat dengan dahan-dahan pohon. 

Buah kepel berbentuk bulat dengan bagian pangkal buah yang sedikit meruncing. Ukuran buah dapat mencapai ukuran kepalan orang dewasa dengan warna buah coklat keabu-abuan tergantung umur buah. Daging buah berwarna kuning kecoklatan dan berasa manis. Terdapat sekitar 4-6 biji setiap buah.

Buah kepel dapat dimakan dalam keadaan segar. Terdapat kepercayaan bahwa setelah makan buah kepel pengeluaran air seni akan menjadi lebih lancar, membuat bau keringat dan bau mulut menjadi lebih wangi. 

Phpn kepel dapat digunakan untuk peneduh dan sekaligus penghias halaman rumah. Perbanyakan tanaman kepel dapat dilakukan dengan menggunakan biji. Perbanyakan secara vegetative dengan metode cangkok atau juga stek kurang begitu popular karena hasilnya umumnya belum memuaskan (tingkat keberhasilan rendah). 

Anonim. 1994. Mengenal Tanaman Langka Indonesia. Penebar Swadaya, Jakarta.

No comments:

Post a Comment