Friday, July 3, 2015

Mengenal Tanaman Keloncing

Keloncing atau kedondong hutan memiliki nama latin Spondias pinnata. Keloncing merupakan nama yang diberikan oleh orang dari suku Jawa. Di Sunda, keloncing dikenal dengan nama leuweung, di Madura disebut dengan kedundung, dan di Bali di kenal dengan nama Kecemcem. Keloncing tersebar di daerah sekitar Indonesia-Malaysia, terutama Jawa dan Filipina. Daerah sebaran Keloncing adalah tempat kering, berkapur, savana, atau daerah marginal yang lainnya. Keloncing juga banyak dijumpai di hutan-hutan primer, sekunder, campuran, dan hutan jati. 

Keloncing merupakan tanaman berbentuk pohon dengan tinggi dapat mencapai 20-25 meter. Memiliki diameter batang antara 0,3 sampai 0,5 meter. Batang memiliki kulit yang halus, berwarna keabuan dan sering ditemukan berakar papan. Keloncing memiliki daun berpasangan, halus, dan berukuran panjang 5-22 cm. tangkai daun berukuran 4,5 sampai 15,5 cm. bunga muncul bersamaan dengan keluarnya daun-daun muda. Buah berbentuk elips dengan panjang 2,75-5 cm dan garis tengahnya 2,5-2,75 cm. buah yang telah matang memiliki warna kuning kecoklatan hingga oranye dan bijinya agak halus tanpa serabut. Musim berbunga jatuh pada bulan Mei sampai dengan Januari dan musim berbuah pada bulan Februari sampai dengan November. 

Buah keloncing memiliki rasa yang masam agak pahit. Rasa yang tidak enak menjadikan buah ini jarang dikonsumsi manusia. Banteng merupakan salah satu hewan yang suka dengan buah keloncing. Walaupun rasanya tidak enak, tanaman keloncing umumnya dapat digunakan sebagai batang bawah pada teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif baik dengan metode okulasi ataupun sambung pucuk. 


Anonim. 1994. Mengenal Tanaman Langka Indonesia. Penebar Swadaya, Jakarta.

1 comment:

  1. Terima kasih atas informasi nya. Ingin tahu, sering dipakai sebagai batang bawah perbanyakan tanaman apa pak?

    ReplyDelete