Thursday, December 31, 2015

Pengaruh Macam Ekstrak Bahan Organik terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek pada Media Kultur Jaringan

Anggrek memiliki harga yang relatif lebih stabil dibandingkan dengan tanaman hias lain. Anggrek memiliki beragam fungsi penggunaan. Bunga anggrek dapat dijadikanbunga potong, dijadikan bahan parfum, ataupun dijadikan bahan obat-obatan. Sosok tanaman anggrek dapat digunakan sebagai tanaman hias dalam pot. 

Permintaan anggrek senantiasa mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan permintaan anggrek tidak diikuti oleh perkembangan produksi anggrek di Indonesia, baik dari sisi keragaman atapun dari sisi jumlah. Tanaman anggrek ideal yang diminati pasar adalah anggek yang memiliki kapasitas produksi yang tinggi dengan bentuk dan warna bunga yang menarik, kompak, tebal, jumlah kuntum bunga banyak, dan tidak mudah rontok. 
bunga anggrek
sumber gambar: ayeey.com
Secara komersial, perbanyakan anggrek yang paling banyak dilakukan adalah melalui metode kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan anggrek secara kultur jaringan salah satuya ditentukan oleh media yang digunakan. Media harus mengandung unsur hara makro, mikro, asam amino, vitamin, gula, dan zat pengatur tumbuh.

Ekstrak kedelai, jagung, dan minyak ikan adalah beberapa bahan organik yang dapat ditambahkan pada media kultur jaringan. Bahan organik/nabati/alami pada umumnya merupakan sumber gula, vitamin, zat pengatur tumbuh, dan asam amino. 

Pengaruh Penyiraman Air Garam terhadap Pertumbuhan Bibit Nyamplung (Calopyllum inophylum L)

Nyamplung (Calopyllum inophylum L) merupakan salah satu jenis tanaman pantai yang mempunyai banyak manfaat. Salah satu manfaat yang paling potensial untuk dikembangkan adalah kemampuan biji nyamplung untuk dapat diolah menjadi biodisel. Salah satu upaya untuk mengoptimalkan potensi nyampung adalah adanya program penanaman nyamplung yang dicanangkan oleh Kementrian Kehutanan. Pengembangan nyamplung diharapkan juga sampai ke industri hilir.

biji nyamplung
Penyediaan bibit merupakan salah satu hal yang paling krusial dalam penanaman nyamplung. Pembibitan dan penanaman nyamplung di daerah pantai kemunginan terkendala oleh kondisi lingkungan pantai yang ekstrim. Kondisi yang ekstrim tersebut seperti suhu udara yang tinggi, kecepatan angin tinggi, dan tingkat salinitas yang tinggi. 

Penyiraman air garam terhadap bibit nyamplung dilakukan untuk mengetahui tingkat ketahanan bibit terhadap lingkungan ekstrim daerah pesisir pantai. Pengetahuan akan ketahanan bibit nyamplung terhadap salinitas akan sangat bermanfaat untuk pengembangan bibit nyamplung di daerah pesisir pantai.

Monday, December 28, 2015

Perbedaan Biodisel dengan Bioetanol

Kebutuhan akan bahan bakar minyak senantiasa mengalami peningkatan. Peningkatan kebutuhan tidak didukung oleh peningkatan produksi khususnya bahan bakar minyak berbasis fosil. Selain produksi yang stagnan, bahan bakar berbasis fosil juga memiliki ketersediaan yang terbatas. Salah satu alternative untuk menanggulangi potensi kelangkaan bahan bakar minyak adalah menciptakan bahan bakar minyak alami berbasis sumber daya yang dapat diperbaharui. Sumber daya minyak yang dapat diperbaharui yang sudah banyak dipelajari, dikembangkan, dan diproduksi adalah biodisel dan bioethanol.
sumber gambar: http://eksplorasi.co/pemerintah-percepat-aturan-harga-indeks-biofuel/
Seringkali, biodisel dan bioethanol dipersepsikan sebagai hal yang sama. Namun, sebenarnya adalah dua hal yang berbeda. Adapun perbedaan keduanya adalah:

1. Proses Pembuatan
Biodisel adalah senyawa alkil yang diproduksi melalui transesterifikasi antara trigliserida dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi alkil ester dan gliserol. Trigliserida sebagai bahan biodisel berasal dari asam-asam lemak yang berasal dari tumbuhan ataupun binatang. Beberapa tumbuhan yang menghasilkan minyak dan dapat dijadikan sebagai bahan biodisel adalah kedelai, biji jarak pagar, biji nyamplung, dan biji kemiri sunan.

Bioethanol adalah etanol (alkohol) yang diperoleh dari dari fermentasi bahan-bahan yang mengandung pati, gula, ataupun serat selulosa. Beberapa jamur/khamir yang dapat digunakan sebagai bahan fermentasi untuk pembuatan etanol adalah Saccharomyces cerevisiae, S. uvarium, Schizosaccharomyces sp., dan Kluyveromyces sp. Bahan baku yang paling umum digunakan untuk pembuatan etanol adalah gula tebu, tongkol jagung, molase, gula bit, rumput gajah, dan lain sebagainya.

Wednesday, December 23, 2015

Pengaruh Kecepatan Angin dan Kelembaban Udara terhadap Pemencaran Konidium Cercospora nicotianae pada Tembakau

Patik merupakan salah satu penyakit penting pada tembakau yang disebabkan oleh Cercospora nicotianae. Pada tahun 1999, lebih dari 60% daun tembakau NO terserang Cercospora nicotianae sehingga menimbulkan kerugian sebesar 100 milyar rupiah. Pada tembakau bawah naungan (TBN), kerugian akibat penyakit patik mencapai 100-125 milyar rupiah.
penyakit patik tembakau
sumber gambar: http://www.apsnet.org/
Perkebangan penyakit patik sangat tergantung pada faktor cuaca. Secara umum, faktor cuaca yang berpengaruh terhadap jamur adalah: 1) suhu, berpengaruh terhadap laju pertumbuhan hifa, 2) curah hujan dan embun, memungkinkan perkecambahan dan pertumbuhan patogen eksudasi dan mengendapnya konidium pada permukaan tanama dan pemencarannya, 3) kelembaban, mempengaruhi kemampuan bertahan hidup, pertumbuhan patogen, dan pembebasan spora, 4) angin, berpengaruh sebagai pembawa dalam penyebaran, 5) cahaya, mempengaruhi eksudasi, sporulasi, pemecahan konidium, perkecambahan konidium, dan pertumbuhan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap tembakau Besuki NO di Jember, pemencaran konidium pada satu musim didukung oleh peningkatan kecepatan angin dan penurunan kelembaban udara. Pada bulan kering ataupun bulan lembab, peningkatan kecepatan angin yang diikuti oleh penurunan kelembaban udara akan mendukung pemencaran konidium. Hanya dibutuhkan pergerakan angina dengan kecapatan 0,28 m/detik pada suhu 25C untuk memencarkan konidium. 

Pada tembakau VO yang ditanam pada bulan basah, pemencaran konidium hanya dipengarui oleh kecepatan angina. Kecepatan angina sebesar 0,02 m/detik sudah mampu memencarkan konidium. 

Kelambaban udara hanya berpengaruh pada pertanaman tembakau di bulan kering (NO). Pada bulan kering, kecepatan angina merupakan pemicu utama untuk pembebasan konidium. Dengan kecepatan angina yang tinggi, konidium dapat dibebaskan secara paksa dari pendukungnya dan kemudian memencarkannya. Pemencaran konidium didukung oleh tingginya suhu dan sinar matahari dengan intensitas dan waktu yang lama serta menurunnya kelembaban udara.

Thursday, December 17, 2015

Pengaruh Waktu Pelaksanaan Sambung Pucuk dan Panjang Entres terhadap Keberhasilan Sambung Pucuk Mangga

sumber gambar: https://www.tokopedia.com/warungbibitbuah/
Mangga merupakan salah satu tanaman buah yang digemari masyarakat. Bukan hanya masyarakat Indoensia tetapi juga masyarakat glabal secara umum. Mangga banyak dikonsumsi secara langsung sebagai buah meja ataupun juga digunakan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman. Permintaan yang tinggi akan buah mangga menjadikannya salah satu tanaman yang potensial untuk dikembangkan dalam skala perkebunan yang luas (agribisnis).

Salah satu modal utama dalam agribisnis mangga adalah keberadaan bibit yang berkualitas. Seperti tanaman buah yang lain, bibit untuk tanaman mangga didapatkan secara vegetatif, baik dengan metode cangkok, okulasi, ataupun dengan sambung pucuk. 

Sambung pucuk merupakan salah satu metode perbanyakan bibit yang paling baik karena memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan sambung pucuk dibandingkan dengan metode perbanyakan yang lain adalah didapatkan tanaman dengan sifat yang merupakan kombinasi dari tetuanya. Umumnya, batang bawah memiliki perakaran yang kuat dan tahan terhadap penyakit akar sementara batang atas memiliki kemampuan untuk menghasilkan buah yang berkualitas dan optimal.

Monday, December 14, 2015

Peluang dan Kendala Pengembangan Pupuk Organik

peluang pupuk organik, pembuatan kompos
sumber gambar: http://www.teropongbisnis.com/
Target produksi tinggi dari suatu komoditas pertanian berimplikasi salah satunya pada penggunaan pupuk anorganik. Pupuk anorganik memiliki kandungan hara yang lebih tinggi dan lebih mudah diserap tanaman sehingga penggunaannya lebih intensif daripada jenis pupuk yang lainnya. Di satu sisi, penggunaan pupuk anorganik mampu meningkatkan hasil komoditas pertanian, namun di sisi lain penggunaannya yang berlebih menimbulkan beragam persoalan baru. Beragam persoalan tersebut seperti kerusakan tanah, penurunan produksi pertanian, dan rusaknya ekologi.

Usaha untuk menghentikan, mengurangi, atau bahkan memperbaiki kerusakan yang telah ditimbulkan akibat penggunaan pupuk anorganik yang tidak tepat adalah dengan penggunaan pupuk organik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik baik sampah rumah tangga ataupun kotoran hewan atau mungkin bahkan mikroorganisme. Pengembangan pupuk organik sebagai pengganti ataupun pelengkap pupuk organik memiliki peluang dan kendala yang apabila keduanya dimanajemen dengan baik dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.

Peluang Pengembangan Pupuk Organik
1. Pupuk organik memiliki berbagai manfaat
Telah diketahui bersama bahwa pupuk organik memiliki beragam manfaat. Berbagai manfaat yang dimiliki oleh pupuk organik diantaranya meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki kondisi kimia, fisika, dan biologi tanah, aman bagi manusia dan lingkungan, meningkatkan produksi pertanian, dan mengendalikan penyakit tertentu.

Saturday, December 12, 2015

Penggunaan Pulai (Alstonia scholaria R. Br) di Berbagai Daerah untuk Pengobatan Malaria dan Sakit Perut

daun pulai
Sumber: http://www.nmpb.nic.in/fullphoto.php?photoid=88
Penyebaran dan Ekologi
Pulai merupakan tanaman yang tersebar luas dan dapat dijumpai mulai dari Sri Lanka, India, daratan Asia Tenggara, dan CIna bagian selatan. Di Jawa, pulai tersebar pada daerah dengan ketinggian di bawah 900 mdpl. Banyak tumbuh di hutan jati, hutan campuran, dan di pekarangan rumah di pedesaan. Teradang, pulai juga dijumpai sebagai tanaman hias di pekarangan.

Daerah Pengguna Pulai Sebagai Obat
Umumnya, pulai digunakan sebagai obat malaria. Beberapa daerah yang menggunakan tanaman pulai sebagai obat malaria adalah Etnis Aceh (Aceh), Anak Dalam (Sumatra Selatan), Sunda (Jawa Barat), Jawa (Jawa Tengah-Timur), Dawan (NTT), Sumba (NTT), Dayak Tanjung (Kalimantan Timur), Bolaangmongondow (Sulawesi Utara), dan Manado (Sulawesi Utara). Selain sebagai obat malaria, pulai juga dapat digunakan sebagai obat sakit perut. Beberapa suku/etnis yang menggunakan pulai sebagai obat sakit perut adalah Talang Mamak (Riau-Jambi), Anak Dalam (Sumatra Selatan), Upuya, Arawawi, dan Busami (Irian Jaya).