Tuesday, June 13, 2017

Penanganan Pasca Panen yang Tepat untuk Mempertahankan Mutu Buah dan Sayuran

pasca panen sayuran
Permasalahan pengembangan agribisnis buah dan sayur salah satunya adalah kehilangan hasil yang tinggi setelah komoditas dipanen. Kehilangan hasil baik karena susut bobot ataupun kerusakan-kerusakan pada buah dan sayur dapat mencapai 25-40%, nilai yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara maju. 

Penanganan dan perlakuan pascapanen yang tepat selain dapat meminimalisir kehilangan hasil komoditasbuah dan sayur setelah dipanen juga dapat mempertahankan mutu buah dan sayur. Beberapa penanganan pascapanen yang umum dilakukan adalah pencucian, perbaikan bentuk kulit (curing), sortasi, penghilangan warna hijau (degreening), pengemasan, dan pendinginan. 

Pencucian 
Pencuciadilakukan dengan tujuan menghilangkan kontaminasi kotoran baik secara fisik, kimia, ataupun biologi. Pencucian tidak dilakukan pada sayuran yang teksturnya lunak dan mudah rusak. Pencucian

Sunday, June 11, 2017

Akibat Kekeringan pada Berbagai Fase Pertumbuhan Kedelai

Ketersediaan air menjadi hal yang mutlak untuk mendukung optimasi produktivitas tanaman kedelai. Cekaman kekeringan pada tanaman kedelai secara umum dapat menghambat pertumbuhan tanaman yang akhirnya berdampak pada berkurangnya hasil panen. Secara spesifik, cekaman kekeringan di setiap fase pertumbuhan tanaman kedelai memiliki dampak yang berbeda. 

Cekaman kekeringan pada awal fase pembungaan menyebabkan berkurangnya hasil panen sebesar hingga 10%. Cekaman kekeringan pada awal fase pembunggan menyebabkan kerontokan pada polong bagian bawah. 

Cekaman kekeringan pada saat pembungaan menyebabkan kerontokan bunga, cekaman kekeringan pada saat pembentukan polong menyebabkan turunnya jumlah polong yang terbentuk dan juga kerontokan polong, cekaman kekeringan pada fase pengisian polong menyebabkan menurunnya jumlah polong isi dan ukuran biji. 

Cekaman kekeringan mengubah konsentrasi ABA pada tanaman yang pada akhirnya mendorong kerontoka polong dan menurunkan pembentukan polong hingga 40% serta menurunkan ukuran biji. Cekaman kekeringan disetiap stadia pertumbuhan kedelai dapat menurunkan hasil biji. Namun cekaman kekeringan pada fase pengisian polong mengakibatkan penurunan hasil biji yang paling besar. Cekaman kekeringan pada fase pengisia polong menyebabkan penurunan jumlah polong, biji per tanaman, bobot biji, dan keseluruhan hasil. 

Cekaman kekeringan pada tanaman kedelai hingga berumur 45 hari dapat menurunkan produksi rata-rata hingga 63%. 

Purwanto dan Agustono T., 2010. Kajian fisiologis tanaman kedelai pada berbagai kepadatan gulma teki dalam kondisi cekaman kekeringan. Jurnal Agroland 17(2): 85-90.

Pengaruh Kepadatan Gulma Teki pada Kondisi Cekaman Kekeringan terhadap Sifat Fisiologis Kedelai

Upaya peningkatan produksi kedelai salah satunya dilkaukan dengan cara perluasan areal tanam. Mengacu pada ketersediaan lahan untuk pertanaman kedelai, sebagian besar lahan yang tersedia adalah lahan kering. Selain faktor ketersediaan air yang rendah pada lahan kering, keberadaan gulma, utamanya teki merupakan salah satu kendala utama. 

Dalam kaitannya dengan ketersediaan air, cekaman kekeringan pada berbagai fase pertumbuhan kedelai mengakibatkan berkurangnya hasil panen. Keberadaan gulmajuga dapat menurunkan hasil panen akibat adanya persaingan antara kedelai dengan gulma untuk mendapatkan cahaya, air, nutrisi, karbondioksida, dan ruang hidup. 

Luas Daun 
Rerata luas daun kedelai turun sebesar 35,7 % pada lingkungan dengan kadar air 60% serta dengan keberadaan teki sebanyak 5 umbi di sekitar pertanaman kedelai. Luas daun semakin menurun dengan meningkatnya taraf kekeringan dan populasi awal gulma teki. 

Lebar Bukaan Stomata 
Kadar air 60% dan 40% dari kapasitas lapang dapat menurunkan lebar bukaan stomata masing-masing sebesar 33,14 dan 76,61% dibandingkan bukaan stomata pada tanaman kedelai yang berada pada kondisi kapasitas lapang. Kepadatan populasi awal gulma teki 5, 10, 15 dan 20 umbi di sekitar pertanaman dapat mengurangi lebar pembukaan stomata berturut-turut 17,14%, 17,14%, 42,64% dan 65,93% dibanding tanaman kedelai tanpa gulma teki.

Friday, June 9, 2017

Sejarah Controlled Atmosphere Storage (CAS)

controlled atmosphere storage untuk memperpanjang masa simpan produk hortikultura
Controlled atmosphere storage (CAS) adalah suatu teknologi pengkondisian atmosfer pada ruang penyimpanan komoditas hortikultura (buah dan sayuran) untuk mempertahankan mutu dan memperpanjang umur simpan bauh dan sayuran segar setelah dipanen.

Pengaruh gas (kondisi atmosfer) pada hasil panen produk hortikultura telah diketahui sejak beberapa abad yang lalu. Pada masa dinasti Tang, sekitar abad ke-8 telah diketahui bahwa lengkeng yang disimpan dalam batang bambu dengan tambahan sedikit daun segar selama pengiriman/transportasi memiliki kualitas yang lebih baik daripada sekedar dikirimkan tanpa wadah bambu dan daun segar.

Pada tahun 1821, Berard melakukan penelitian dan mendapatkan hasil bahwa buah yang disimpan padaruangan tanpa oksigen tidak akan pernah mengalami kemasakan (matang). Tetapi akan segera matang segera setelah disimpan pada udara terbuka.

Tahun 1850 dan 1860 sebuah perusahaan ruang pendingin di Amerika Serikat melakukan uji coba dengan memodifikasi oksigen dan karbondioksida untuk penyimpanan buah apel. Hasil uji coba menunjukkan bahwa apel tetap berada pada kondisi baik sampai dengan 11 bulan penyimpanan, dengan hanya sedikit buah apel yang mengalami kerusakan.