Thursday, November 16, 2017

Klasifikasi Tipologi Lahan pada Daerah Pasang Surut untuk Pengembangan Pertanian

Peningkatan roduksi hasil pertanian salah satunya dapat dicapai dengan peningkatan luas areal pertanaman. Salah satu lahan yang potensial untuk dikembangkan sebagai sentra pertanian adalah lahan pasang surut. Di Indonesia terdapat lahan pasang surut seluas 20,1 juta ha dan baru sekitar 3-4 juta ha yangsudah direklamasi.

Identifikasi dan karakterisasi tipologi lahan pada daerah pasang surut berguna untuk perencanaan serta pengembangan agar tidak mengalami kegagalan. Beberapa tipologi lahan yang berada di daerah pasang surut adalah:
lahan rawa pasang surut untuk pengembangan pertanian
1. Lahan Sulfat Masam Aktual (SMA)
SMA merupakan tanah yang memiliki pH lapang rendah (<3,5), memiliki horizon sulfurik atau tanda tanda horison sulfurik yang disebabkan teroksidasinya pirit, yang terjadiakibat drainase berlebihan. Lahan SMA umumnya memiliki luapat tipe C/D dan kisi-kisi liat kaan hancur saat pH tanah <3,5. Lahan SMA cocok untuk tanaman yang sudahadaptif seperti galem/purun dan karet.

2. Lahan Sulfat Masam Potensial (SMP)
SMP memiliki pH tanah >3,5 dan akan semakin tinggi selaras dengan kedalaman tanah. SMP memiliki pirit pada kedalaman hingga 100 cm. SMP memiliki luapan lahan tipe A/B dan harus dijaga agar bahan sulfidik tidak teroksidasi. Lahan SMP sesuai untuk tanaman pangan terutama padi sawah untuk tipe luapan A/B dan tipe luapan C/D sesuai untuk tanaman hortikultura dan perkebunan. 

3. Lahan Aluvial Bersulfida Dangkal Bergambut (HSM)
HSM berupa tanah tanah mineral yang memiliki pirit hingga kedalaman 50 cm dan kedalaman gambut 20-50 cm serta memiliki tipe luapan A. Tanaman yang sesuai untuk lahan HSM adalah padi sawah.
4. Lahan Gambut Dangkal (G-1)
Lahan gambut dangkal memiliki kedalaman 50- 100 cm dengan tingkat dekomposisi hemik sampai saprik. Lahan ini mempunyai substratum liat yang mengandung pirit, terutama dijumpai di rawa belakang (back swamp) dan sisi kubah (dome) gambut. Lahan ini umumnya mempunyai tipe luapan B. Karakteristik lahannya berdrainase terhambat, permeabilitas agak cepat, dengan penampang tanah sangat dalam. Lahan gambut dangkal masih sesuai untuk pengembangan padi sawah.

5. Lahan Gambut Sedang (G-2)
Lahan gambut sedang (G-2) mempunyai kedalaman 101−200 cm dengan tingkat dekomposisi hemik sampai saprik, yang dijumpai pada sisi kubah gambut. Lahan ini umumnya mempunyai tipe luapan C dan masih berpotensi untuk usaha pertanian. Karakteristik lahannya berdrainase terhambat, permeabilitas cepat, dan berpenampang tanah sangat dalam . Lahan ini sesuai untuk pengembangan sayuran dan buah-buahan.

6. Lahan Gambut Dalam (G-3)
Lahan gambut dalam (G-3) mempunyai kedalaman 201−300 cm dengan tingkat dekomposisi fibrik sampai hemik, dijumpai pada kubah gambut. Lahan ini umumnya mempunyai tipe luapan B/C dan masih berpotensi untuk usaha pertanian khususnya perkebunan. Tanahnya mempunyai karakteristik drainase sangat terhambat, permeabilitas cepat, dan berpenampang tanah sangat dalam. Lahan gambut dalam sebaiknya digunakan untuk tanaman perkebunan, seperti kelapa sawit.

7. Lahan Gambut Sangat Dalam (G-4)
Lahan gambut sangat dalam (G-4) mempunyai kedalaman > 300 cm dengan tingkat dekomposisi fibrik sampai hemik, dan dijumpai pada kubah gambut. Lahan ini tidak berpotensi untuk usaha pertanian dan disarankan sebagai kawasan lindung. Tanahnya mempunyai karakteristik drainase sangat terhambat, permeabilitas cepat, dan mempunyai penampang tanah sangat dalam. Lahan gambut sangat dalam sebaiknya dijadikan kawasan konservasi atau lindung.

8. Lahan Lebak
Rawa lebak dicirikan selalu tergenang di musim hujan dan kering di musim kemarau, dan dikelompokkan ke dalam tiga tipe yaitu: 1) lebak dangkal, tergenang air pada musim hujan dengan kedalaman < 50 cm selama < 3 bulan, 2) lebak tengahan, genangan air 50−100 cm selama 3−6 bulan, dan 3) lebak dalam, genangan air > 100 cm selama > 6 bulan. Lahan lebak dangkal dapat ditanami padi dan tanaman pangan lainnya, sedangkan lahan lebak tengahan hanya untuk padi lokal yang tinggi dan ikan. Lahan lebak dalam sesuai untuk perikanan.

Suriadikarta, D.A. dan M. T. Sutriadi. 2007. Jenis-Jenis Lahan Berpotensi untuk Pengembangan Pertanian di Lahan Rawa. Jurnal Litbang Pertanian 25(3). 

1 comment:

  1. Your whole website is good and well maintained. Pictures can tell a little about your website but the content is unreadable for people like me unfortunately.

    ReplyDelete