Wednesday, April 23, 2014

Pengenalan dan Pengendalian Hama pada Tanaman Apel

1. Kutu daun (Aphis pomi Geer)
Serangan kutu daun terjadi pada daun muda, tangkai, cabang, dan juga bunga. Serangan dilakukan dengan menghisap cairan yang berada di dalam bagian yang diserang. Akibat serangan adalah adanya daun yang mengkriting, pembungaan terlambat, dan buah-buah yang muda gugur. Serangan yang hebat menyebabkan tanaman tidak menghasikan buah. Pengendalian dilakukan pada saat tanaman bertunas dengan insektisida berbahan aktif abemektin, demethoate, dan fosmathidon. Dengan menggunakan musuh alami, kutu daun dapat dikendalikan denga Coccinellidae dan Lycosa. 

2. Kutu sisik (Lepisdosaphes beckii)
Serangan dilakukan pada buah sehingga buah menjadi bercak-bercak merah yang mengakibatkan turunnya kualitas dan kuantitas hingga 40%. Pengendalian dilakukan dengan melakukan pengecatan batang tanaman dengan bubur kalifornia. Selain tindakan preventif, tindakan kuratif dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif abemektin, demethoate, dan imidakloprid. 





3. Tungau (Panonychus ulmi)
Tungau menyerang daun yang muda, daun tua, dan juga buah. Serangan hebat ditandai dengan adanya bercak kuning, buram, coklat, dan mongering pada daun. Pengandalian dilakukan dengan menggunakan akarisida berbahan aktif dicofol, propagate, dan cyhexatin. Pengendalian secara alami dilakukan menggunakan musuh alami yaitu Coccinellidae dan Lycosa dan tungau predator. 


Saturday, April 19, 2014

Perbanyakan vegetatif konvensional pada anggrek simpodial

a. Memisahkan anakan (split)
Tanaman anggrek simpodial yang sudah dewasa umumnya sudah memiliki banyak pseudobulb. Pseudobulb-pseudobub tesebut dihubungkan oleh satu rizome yang biasanya tumbuh secara horizontal. Pemisahan anakan dilakukan dengan memisahkan pseudobulb-pseudobulb yang ada.

Tanaman yang sudah dewasa atau minimal memiliki 4-6 pseudobulb sudah dapat diperbanyak dengan cara split. Tanaman yang sudah memiliki 6 pseudobulb dipisahkan menjadi dua. Pemisahakn dilakukan dengan memotong rizome dan masing-masing memiliki 3 pseudobulb. Potongan-potongan kemudian dibiarkan hingga memiliki tunas dan anakan baru. Sebelum bertunas, potongan diletakkan pada media tanam seperti yang digunakan sebelum tanaman displit. Setelah bertunas, memiliki akar baru dan daun tanaman sudah lebih keras, barulah potongan-potongan tersebut dipindahkan ke media tanam yang baru.

Untuk menghasilkan tanaman dengan metode split lebih banyak, dapat memanfaatkan hormon pertumbuhan IBA, NAA, atau juga IAA. Ketika tanpa hormon pertumbuhan anggrek yang displit adalah tiga pseudobulb, maka setelah diberi hormon pertumbuhan anggrek dapat displit satu pseudobulb. IAA atau IBA yang digunakan antara 25-50 ppm. Zat tersebut dioleskan pada ujung bawah pseudobulb atau pada rizome. Pemberian hormone pertumbuhan tersebut akan memacu tumbuhnya akar yang pada akhirnya dapat memacu pertumbuhan tunas.

Perbanyakan Vegetatif pada Anggrek Monopodial.

a. Stek biasa
Seperti stek pada tanaman yang lain, stek pada tananamn anggrek cukup dengan memotong bagian tanaman anggrek (sumbu utama) menjadi beberapa bagian. Untuk meningkatkan keberhasilan stek batang, diusahakan bagian yang dipotong sudah memiliki aerial root. Aerial root biasanya muncul pada tanaman anggrek monopodial. Aerial root berfungsi untuk membantu respirasi akar dan menyerap air serta hara dan mineral.

Pada anggrek Arachnis yang sudah memiliki tinggi 3 meter, tanaman dibagi menjadi 3 bagian masing-masing 1 meter. Bekas luka potongan diolesi dengan carbolinium plantarum untuk mencegah masuknya jamur dan bakteri serta untuk mencegah infeksi. Perbanyakan tanaman dalam jumlah banyak hendaknya dipisahkan antara bagian ujung, tengah, dan pangkal. Bagian ujung dijadikan satu populasi, tengah satu populasi, dan pangkal satu populasi. Pengelompokan ini dimaksudkan agar nantinya pertumbuhan tanaman yang seragam pada setiap populasinya.

Bagian pangkal umumnya hanya memiliki sedikit daun atau bahkan tidak memiliki daun sama sekali. Biasanya terdapat keraguan apakah pangkal yang sdah tidak ada daunnya layak dipertahankan atau tidak. Yang perlu dilakukan hanyalah memastikan bahwa pangkal masih hidup. Caranya dengan mengiris sedikit batang atau akar. Ketika masih segar dan hidup, maka pangkal batang masih dapat digunakan sebagai calon anakan. Ketika sdah busuk atau mati, maka pangkal batang sebaiknya dibuang untuk mengurangi waktu, tenaga, dan biaya perawatan.

Perbanyakan Vegetatif pada Anggrek

1. Perbanyakan dengan tangkai bunga
Beberapa tanaman anggrek seperti Epidendrum radicans dan Phalaeonopsis schilleriana dapat diperbanyak dengan menggunakan tangkai bunganya. Epidendrum radicans memmiliki habitus seperti Arachnis. Epidendrum radicans yang sedang berbunga dapat dipotong pangkal tangkai bunganya kemudian ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Awalnya bunga akan luruh dan selanjutnya akan muncul akar dan tunas-tunas yang baru.

Friday, April 4, 2014

Budidaya Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)

Pada tahun 2003, di Jawa Tengah dan Jawa Timur, kebutuhan akan simplisia temulawak merupakan yang tertinggi. Hal ini dilihat dari jumlah serapapan temulawak untuk bahan baku pembuatan obat tradisional. Rimpang temulawak dapat digunakan untuk merangsang sekresi empedu dan pancreas. Sebagai fitofarmaka, temulawak dapat digunakan untuk mengobati penyakit saluran pencernaan, klainan hati, kandung empedu, tekanan darah tinggi, kontraksi usus, TBC, dan sariawan. Sebagai obat tradisional, temulawak biasa digunakan untuk engobati diare, disentri, wasir, eksim, cacar, jerawat, sakit kuning, ayan, dan kurang darah. Kandungan di dalam rimpang temulawak meliputi protein, pati, kurkumoiid, dan minyak astiri. Macam minyak astiri yang berada di dalam rimpang temlawak adalah feladren, kumfer, turmerol, tolilmetilkarbinol, ar-kurkumen, zingiberen, kuzerenon, germakron, tumeron, dan yang terbanyak adalah xanthorizol.

Tanaman temulawak dapat tumbuh di berbaga jenis tanah seperti latosol, andosol, regosol, podzolik. Hidup pada ketinggian 100-1500 m dpl dengan curah hujan 1400-4000 mm/tahun.

Pembibitan
Bahan tanam temulawak merupakan rimpang yang jelas asal usulnya, nama jenis, dan varietasnya. Beberapa varietas yang merupakan varietas unggul yang telah dilepas Balittro adalah Cursina 1, Cursina 2, dan Cursina 3. Rimpang yang diguankan sebagai bahan tanam adalah yang sudah berumur 12 bulan. Pembibitan dapat menggunaakn rimpang induk atau juga dengan rimpang anakan. Rimpang induk yang digunakan harus dipotong seperempat bagian sementara ketika menggunakan rimpang anakan, rimpang dipotong-potong hingga beratnya 20-40 gram/potong. Sebelum ditanam, rimpang ditumbuhkan hingga mata tunasnya setinggi 0,5 cm- 1 cm agar nantinya pertumbuhan seragam.