Sunday, December 29, 2013

Modifikasi Iklim pada Lahan Pasir Pantai untuk Pertanian

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi pertanian adalah dengan mengembangkan daerah-daerah marginal yang sebelumnya belum dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Salah satu lahan marginal yang berpotensi untuk dikembangkan adalah lahan pasir pantai. Indonesia memiliki panjang garis pantai mencapai 106.000 km dengan potensi luas lahan 1.060.000 ha. Akan tetapi, lahan pantai umumnya memiliki kendala-kendala yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti suhu yang tinggi, pasir yang tidak bisa menahan air dan hara, adanya salinitas, serta angin yang kencang. Masalah masalah tersebut harus diatasi dan ummnya cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan manipulasi-manipulasi ekologi agar lahan pantai sesuai dengan syarat tumbuh tanaman. 

Beberapa manipulasi yang umumnya dilakukan adalah:

1. Penggunaan lapisan kedap
Lahan pasir pantai berjenis tanah pasir sehingga air dan hara yang diberikan tidak dapat ditahan dan langsung meresap ke dalam tanah. Penggunaan lapisan kedap bertujuan untuk mencegah air dan hara langsung hilang sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. penggunaan lapisan kedap juga dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi pemberian pupuk da air sehingga menjadi lebih hemat. Beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai penyekat lapisan kedap adalah aspal, lempung, semen, dan plastik lembaran. Umumnya, unutk bertanam hortikultura, lapisankedap ditanam sedalam 30 cm dari permukaan tanah pasir untuk menediakan ruang bagi perakaran tanaman.

2. Pemberian lempung dan pupuk organik
Pencampuran tanah permukaan setebal kira-kira 10 cm dengan lempung danpupuk kandan sapi dimaksudkan untuk terjadinya perubahan sifat tanah, terutama adanya peningkatan kesuburan fisika, kimia, dan biologi tanah lapisan atas yang pada dasarnya merupakan mintakat (zone) utama bagi pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman. Di dalam mintakat inilah hampir segala kebutuhan akar akan air dan unsur hara, serta tempat berpegangnya akar secara mekanis pada tanah dapat berlangsung baik.

Dengan penambahan lempung dan bahan organik secara bersama-sama kedalam tanah pasir diharapkan dapat memberikan keuntungan terhadap perbaikan kualitas struktur tanah. Dengan struktur tanah yang baik serta dengan perimbangan dan penyebaran pori yang baik, maka agregat tanah dapat pula memberikan imbangan padat dan ruang pori yang lebih menguntungkan terutama bagi tanaman. Kebutuhan bahan organik pada lahan pasiran lebih banyak dari lahan konvensional yaitu sekitar 15–20 ton per ha sedangkan kebutuhan tanah lempung berkisar 60 ton/ha. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sebanyak 20 ton dapat menekan penggunaan NPK menjadi 200 kg/ ha.

3. Penggunaan mulsa organik

Mulsa organik pada lahan pasiran berfungsi untuk mempertahankan dan mengembalikan produktivitas lahan dengan cara menjaga tanah dari sinar matahari yang berlebihan pada siang hari, menjaga suhu tanah, menekan kehilangan air/evaporasi, menjaga kelembaban tanah dan mulsa yang melapuk dapat meningkatkan kadar bahan organik tanah. Mulsa organik dapat berupa sisa-sisa tumbuhan seperti jerami, sekam, daun jagung, alang-alang dan sebagainya (Syarief, 1985 cit. Setiawan 1996).

4. Pemasangan wind breaker
Fungsi utama wind breaker adalah untuk mereduksi kecepatan angin. Selain itu juga berfungsi untuk mengurangi kerusakan mekanis karena patah atau hilangnya organ-organ tanaman, kegagalan pembungaan dan penyerbukan, bentuk habitus da pertumbuhan yang mengalami kelainan serta untuk mengurangi laju evapotranspiras yang tinggi. Pematah angin dapat berupa tanaman dan juga bangunan sementara. Bangunan sementara dapat dibuat dari anyaman bambu, daun tebu, atau daun kelapa

5. Penggunaan system lorong
Alternatif lain dalam teknologi budidaya yang dapat diterapkan untuk lahan pantai adalah sistem penanaman lorong (alley cropping). Sistem penanaman lorong merupakan sistem penanaman dengan menanam pohon-pohon kecil dan semak dalam jalur-jalur yang agak lebar dan penanaman tanaman semusim di antara jalur-jalur tersebut sehingga membentuk lorong-lorong. Tanaman lorong biasanya merupakan tanaman pupuk hijau atau legume tree. Di lahan pantai, budidaya lorong diterapkan untuk mengatasi berbagai permasalahan seperti: intensitas matahari, erosi permukaan oleh angin, dan laju evapotranspirasi. Selain itu, dapat juga berfungsi sebagai pematah angin sehingga mereduksi kecepatannya (Setiawan, 1996).

6. Hidrologi dan irigasi
Ketersediaan air irigasi di lahan pantai yang terbatas mengakibatkan perlunya upaya untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan air irigasi sehingga dapat mengurangi pemborosan dalam penggunaan air irigasi. Irigasi dilahan pantai selama ini dilakukan dengan cara penyiraman dan penggunaan sumur renteng.




Setiawan, A. N. 1996. Teknologi budidaya pertanian lahan pantai dan permasalahannya. Agr UMY 4 (2): 42-45.

Dannar Nur Fathini. 2012. Intensifikasi Usaha Tani Hortikultura di Lahan Pasir Pantai Selatan. Makalah Seminar Umum. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

No comments:

Post a Comment