Tuesday, July 9, 2013

Teknis Budidaya Tanaman Kopi

A. Persiapan Bahan Tanam
Cara perbanyakan kopi robusta dan kopi arabika berbeda, sehingga penggunaan bahan tanam kopi robusta pun berbeda dengan kopi arabika. Kopi robusta diperbanyak secara vegetatif, sehingga bahan tanaman yang digunakan berupa klon. Sedangkan kopi arabika biasanya diperbanyak dengan benih sehingga bahan tanam anjurannya berupa varietas.

Bahan tanam kopi arabika yang telah dilepas Menteri Pertanian ada lima varietas, yaitu: AB 3, USDA 762, S 795, Kartika 1, dan Kartika 2. Petani di Lampung kebanyakan menanam kopi robusta. Kopi robusta memiliki sifat menyerbuk silang, maka untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitasnya dapat dicapai dengan menggunakan 3-4 klon unggul (poliklonal) yang berkomposisi secara tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan tertentu. Beberapa klon kopi robusta antara lain BP 534, BP 936, BP 237, BP 358, BP 42, dan BP 409.

Tanaman kopi dapat diperbanyak dengan cara vegetatif menggunakan bagian dari tanaman dan generative menggunakan benih atau biji. Perbanyakan secara generative lebih umum digunakan karena mudah dalam pelaksanaanya, lebih singkat untuk menghasilkan bibit siap tanam dibandingkan dengan perbanyakan bibit secara vegetatif (klonal). Beberapa kelebihan yang dimiliki perbanyakan kopi secara klonal adalah sebagai berikut:

· Mempunyai sifat yang sama dengan tanaman tetuanya.
· Mutu hasil seragam
· Memanfaatkan dua sifat unggul batang atas dan batang bawah
· Memiliki umur mulai berbuah (prekositas) lebih awal

Sambungan dan setek merupakan perbanyakan tanaman kopi secara klonal yang umum dilakukan. Tujuan penyambungan bibit kopi adalah untuk memanfaatkan dua sifat unggul dari bibit batang bawah tahan terhadap hama nematoda parasit akar, dan sifat unggul dari batang atas yaitu mempunyai produksi yang tinggi serta mutu biji baik. Sedangkan perbanyakan klonal tanaman kopi dengan setek hanya memanfaatkan salah satu sifat keunggulan dari sumber bahan tanaman.

C. Penanaman
Tata tanam untuk lahan dengan kemiringan tanah kurang dari 15%, tiap klon ditanam dengan lajur sama, berseling dengan klon lain. Pergantian klon mengikuti arah timurbarat. Apabila kemiringan tanah lebih dari 15% tiap klon diletakkan dalam satu teras, diatur dengan jarak tanam sesuai lebar teras. Hal ini untuk mengantisipasi apabila dikemudian hari dilakukan penyulaman, selain memudahkan penelusuran klon juga tidak mengubah imbangan komposisi klon.

Pengaturan penanaman poliklonal diatur secara sistematis, setiap klon ditanam dalam lajur tertentu berseling dengan klon pasangan komposisi yang dipilih, antara lain berdasarkan pada:

1) Sifat daya adaptabilitas daya hasil yaitu yang mampu beradaptasi dengan baik seperti: klon BP 42, BP 358, dan SA 237 dan toleran terhadap iklim basah seperti klon BP 534 dan BP 936.
2) Sifat berbunga yang relative serempak agar proses persarian (pembuahan) dapat berlangsung dengan baik.
3) Keseragaman ukuran biji, ukuran biji yang tidak seragam dapat menyulitkan dalam kegiatan pemasaran.

D. Pemeliharaan
1. Pemupukan
Dosis pemupukan biasanya mengikuti umur tanaman, kondisi tanah, tanaman serta iklim. Pemberian pupuk biasanya juga mengikuti jarak tanamnya, dan dapat ditempatkan sekiatr 30-40 cm dari batang pokoknya. Seperti untuk tanaman lainnya, pelaksanaan pemupukan harus tepat waktu, tepat jenis, tepat dosis dan benar cara pemberiannya.


penulis: Bintang Soma Perdana, Andika Febrianto, Dwi Panggah Yoga Nur U, Hafid Windu Ardi, Candra Rahmani P, Marlina Puspita Sari. Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

No comments:

Post a Comment