Friday, November 28, 2014

Psophocarpus tetragonolobus (L) (DC)

Termasuk legume yang banyak dibudidayakan karena selain berfungsi sebagai tanaman konservasi tanah, juga termasuk tanaman yang dapat dikonsumsi. Merupakan legume merambat yang banyak ditanam di halaman rumah, pematang sawah, ataupun tegalan. Psophocarpus tetragonolubus memiliki beberapa nama daerah seperti jaat (Sunda), kacang belimbing (Sumatra Barat), kecipir (Jawa), kelongkang (Bali), dan kacang embing (Palembang).Kecipir dapat tumbuh di berbagai jenis tanah pada ketinggian 0-1200 mdpl. Termasuk tanaman yang tahan kekeringan. 

Psophocarpus tetragonolubus merupakan tanaman tahunan yang memiliki sistem perakaran yang dalam dan berumbi. Daun beranak tiga, berbentuk delta atau beah ketupat dengan ujung meruncing. Panjang daun berkisar 8-20 cm dengan lebar 4-12 cm. Bunga tumbuh di ketiak daun berbentuk tandan, berwarna merah, ungu, biru, ataupun putih. Polong berukuran panjang 7-30 cm, lurus, dan bergelombang sepanjang polongnya. Dalam satu polong terdapat 5-16 biji. Biji berwarna oklat muda sampai agak kehitaman. 

Umumnya, kecipoir digunakan sebagai tanaman sayur. Namun demikian, kecipir dapat juga digunakan sebagai tanaman penutup tanah. Sebagai tanaman penutup tanah, kecipir dibiarkan sampai tahunan. Sebagai tanaman sayur, umumnya biji kecipir sudah dapat dipanen pada umur 3-4 bulan. Untuk diambil umbinya, tanaman kecipir dipanen pada umur 6-7 bulan. 

Kandungan gizi pada biji kecipir cukup tinggi. Setiap 100 gram biji, mengandung 37,4 gram; karbohidrat 28 gram; lemak 10,4 gram; dan sisanya terdiri atas air, serat, dan abu. Beberapa pprodukolahan kecipir adalah tempe, taoco, tahu, dan kecap.

Purwanto, Imam. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

No comments:

Post a Comment