Tuesday, April 17, 2018

Fungsi Sulfur pada Bawang Merah

Dalam budidaya bawang merah, pemupukan dengan unsur sulfur menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Sulfur (S) merupakan unsur makro yang penting dalam pertumbuhan tanaman. Tanaman yang terkandung unsur S memiliki pertumbuhan lebih baik dibandingan dengan tanpa unsur S ( Buchner et al., 2004 dan Hawkesford dan De Kok, 2006). Allium memiliki varietas umbi terbanyak diantara sayuran umbi yang lainnya (Li et al., 2010) antara lain A. cepa L. (Bawang), A. sativum L. (Bawang Putih), A. porrum L. (Daun Bawang), A. schoenoprasum L. (Daun Bawang), and A. fistulosum L. (Bawang Welsh) merupakan jenis bawang yang banyak dibudidayakan dan di konsumsi di seluruh dunia baik sebagai bahan makanan maupun obat (Fritsch dan Friesen, 2002).
tanaman bawang merah
Fungsi sulfur pada umbi bawang merah mengenai kuantitas bawang merah berkaitan erat dengan ukuran dan banyaknya umbi yang dihasilkan. Aroma yang khas dikeluarkan pada umbi juga berkaitan erat dengan kandungan Sulfur. Umbi bawang merah mengandung senyawa - senyawa yang dipercaya berkhasiat sebagai antiinflamasi dan antioksidan seperti kuersetin yang bertindak sebagai agen untuk mencegah sel kanker. Kuersetin, selain memiliki aktivitas sebagai antioksidan, juga dapat beraksi sebagai antikanker pada regulasi siklus sel, berinteraksi dengan reseptor estrogen (ER) tipe II
dan menghambat enzim tirosin kinase (Klohs, 1997). Kandungan lain dari bawang merah diantaranya protein, mineral, sulfur, antosianin, kaemferol, karbohidrat, dan serat (Rodrigues, 2003). Kandungan sulfur dalam bawang merah sangat baik untuk mengatasi reaksi radang, terutama radang hati, bronchitis, maupun kongesti bronchial. Kandungan sulfur bawang merah selain dapat mencegah pembekuan sel-sel darah juga dapat menurunkan kolesterol jahat yang terdapat dalam darah. Bahkan, bawang merah efektif mencegah serangan jantung.

Sulfur memiliki senyawa yang mempengaruhi rasa dan kepedesan bawang merah yaitu alil propil disulfida. Rasa pedas pada bawang merah berkorelasi dengan konsentrasi produksi bahan kering. Karbohidrat yang berperan utama dalam membentuk rasa manis pada bawang adalah fruktrosa dan glukosa. Oleh karena itu, rasa pedas tersebut ditentukan oleh aktivitas allinase yang ditunjukkan pada µmol asam piruvat/gram. Kelas ringan (0-2.9 µmol g -1 ), sedikit pedas (3.0-4.2 µmol g -1 ), agak pedas (4.3-5.5 µmol g - 1 ), pedas (5.6-6.3 µmol g -1 ), sangat pedas (6.4-6.9 µmol g -1 ), terlalu pedas (7.0-7.9 µmol g -1 ) dan pedas sekali (8.0-10.0 µmol g -1 ). Bawang dikatakan sangat manis apabila konsentrasi asam piruvat terdapat pada kelas sedikit pedas. Mekanisme tanaman bawang yang mengasilkan rasa pedas ini diatur oleh potensi genetik kultivar tanaman yang mana berpengaruh terhadap penyerapan sulfur dan mensintesis rasa (Randle, 1997; McCallum et al., 2001).

Penelitian yang dilakukan oleh Bloem et al., (2004) menunjukkan peningkatan kandungan alliin pada daun dan umbi tanaman melalui peningkatakan ketersediaan sulfur, sedangkan pupuk nitrogen pengaruhnya tidak signifikan. Pada awal pertumbuhan tanaman, kandungan alliin tertinggi terdapat pada daun, setelah itu ditranslokasikan ke umbi. Translokasi tersebut menyebabkan kandungan alliin pada umbi meningkat sangat pesat pada saat panen. Disimpulkan bahwa kandungan alliin pada umbi bawang merah dapat meningkat dua kali lipat dengan pemupukan sulfur. Hasil ini juga menunjukkan potensi ketahanan tanaman spesies Allium yang dapat ditingkatkan melalui pemupukan sulfur.

Walaupun sulfur memiliki beragam fungsi pada tanaman bawang merah, tanaman juga perlu dipupuk dengan pupuk yang berimbang. Hal ini karena setiap unsur hara memiliki fungsi dan kegunaan yang spesifik dan esensial bagi tanaman. 

DAFTAR PUSTAKA

Bloem, E., Haneklaus, S., and Schnug, E. (2004) Influence of nitrogen and sulfur fertilization on the alliin content of onions and garlic. Journal of Plant Nutrition 27, 1827 – 1839.

Buchner, P., Stuiver, C., Westerman, S., Wirtz, M., Hell, R., Hawkesford, M., De Kok,L., 2004. Regulation of sulphate uptake and expression of sulphate transporter genes in Brassica oleracea as affected by atmospheric H2S and pedospheric sulphate nutrition. Plant Physiol. 136, 3396–3408.

Fritsch, R.M., Friesen, N., 2002. Evolution, domestication and taxonomy. In:Rabinowitch, H.D., Currah, L. (Eds.), Allium Crop Science: Recent Advances. CABI Publishing, Wallingford, pp. 5–30.

Li, Q.Q., Zhou, S.D., He, X.J., Yu, Y., Zhang, Y.C., Wei, X.Q., 2010. Phylogeny and biogeography of Allium (Amaryllidaceae: Allieae) based on nuclear ribosomal internal transcribed spacer and chloroplast rps16 sequences, focusing on the inclusion of species endemic to China. Ann. Bot. 106, 709–733.

Mccallum JA, Leite D, Pither-Joyce M, Havey MJ (2001) Expressed sequence markers for genetic analysis of bulb onion (Allium cepa L.) Theor Appl Genet. 103:979-991.

Rodrigues A., Fogliano V., Graziani G., Mendes, S., Vale, A. and Goncalves, C., 2003. Nutrition Value of Onion Regional Varieties in Northwest Portugal, EJEAFChe 2(4): 519-524.

No comments:

Post a Comment