Wednesday, May 1, 2013

Hama dan Penyakit Pada Kentang

Perlindungan tanaman bertujuan untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Masalah hama dan penyakit dapat diatasi dengan system Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu (PHPT). Komponen pengendalian hama dan penyakit terpadu meliputi aktivitas-aktivitas sebagai berikut: 

a. Memilih lahan yang bebas penyakit, terutama penyakit layu bakteri. 
b. Menggunakan bibit yang sehat dari varietas unggul komersial. 
c. Menerapkan pola tanam yang sesuai dengan keadaan daerah lokalita. 
d. Melakukan pengolahan tanah secara baik. 
e. Mencabut tanaman yang terserang berat. 
f. Melakukan pemulsaan dengan jerami padi. 
g. Menanam tanaman perangkap hama di sekitar lahan penanaman kentang, misalnya tanaman jagung. 
h. Memasang perangkap perekat hama, misalnya IATP. 
i. Menggunakan pestisida yang tepat dan ramah lingkungan. 

Hama dan penyakit penting yang mengganggu tanaman kentang di dataran medium terdiri atas kutu daun, thrips, tungau, penyakit layu bakteri, dan busuk kering. Pengenalan akan hama dan penyakit utama ini dapat membantu pengendaliannya secara tepat, sehingga dapat mengamankan hasil dari risiko kerugian (Setiadi, 2008). Pengendalian hama dan penyakit termasuk teknis budidaya kentang yang sangat menentukan keberhasilan penanaman kentang.

1. Hama 
Hama utama tanaman kentang di dataran medium adalah sebagai berikut: 

a. Kutu Daun Persik (Myzus persicae Sulz.) 
Selain menjadi hama utama, kutu daun persik juga berperan sebaggai penular (vektor) penyakit virus, terutama virus yang menggulung daun kentang atau Potato Leaf Roll Virus (PLRV) dan Potato Virus Y (PVY). Kutu daun persik berukuran kecil, hidup bergerombol dibawah permukaan daun atau pucuk. Kutu daun berkembang biak secara perkawinan biasa dan partogenesis. Siklus hidup hama ini berlangsung dalam waktu 7-10 hari. Kutu daun persik mempunyai dua bentuk, yaitu bersayap (alatae) dan tidak bersayap (apterae). Bentuk yang bersayap berwarna hitam, sedangkan yang tidak bersayap bervariasi, yaitu merah, kuning, dan hijau. Cirri khas kutu daun persik adalah sepasang antenna yang relatif panjang (sepanjang tubuhnya), dan tonjolan (kornikel) berwarna hitam yang terdapat pada ujung abdomen. Kutu daun persik dapat menyebabkan kerugian secara langsung, dengan cara mengisap cairan tanaman. Gejala yang ditimbulkan adalah daun menjadi keriput, berwarna kekuning-kuningan, terpuntir, dan pertumbuhan tanaman terhambat (kerdil). Ledakan hama ini terjadi pada musim kemarau. Tanaman yang terserang akan menjadi layu atau mati. 

Pengendalian hama kutu daun persik secara terpadu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 
1. Menerapkan pola tanam tumpangsari antara kentang dan bawang daun. 
2. Memanfaatkan musuh-musuh alami hama daun kutu persik, yaitu parasitoid Aphidius sp, kumbang macan (Menochilus sp.), dan larva Syrphidae (Ischiodon scutellaris). 
3. Memasang perangkap kutu daun persik yang berwarna kuning dan berperekat, misalnya Insect Adhesive Trap Paper (IATP). 
4. Menggunakan insektisida yang mangkus, misalnya Decis 2,5 EC, Mesurol 50 WP, atau Dicarzol 25 SP. 

b. Thrips (Thrips sp.) 
Thrips yang menyerang tanaman kentang adalah T. Palmi, T. Tabaci, dan T. Pallidus. Pada umumnya, thrips dewasa berbentuk langsing, berwarna kuning sampai cokelat atau hitam kecokelatan sampai hitam legam, dan berukuran kecil (0,8 mm – 1,4 mm) sehingga sulit dilihat dengan mata. Daur hidup thrips rata-rata 15 hari. Thrips berkembang biak secara kawin (seksual) dan tak kawin (aseksual), dengan perbandingan jantan dan betinapada umumnya 1: 6. Thrips menyerang daun-daun muda dengan cara mengisap cairan tanaman. Gejala yang ditimbulkan adalah mula-mula terjadi noda keperakan yang tidak beraturan pada daun yang terserang, kemudian noda-noda tersebut berubah menjadi cokelat tembaga, dan daun mengeriting keatas. 

Pengendalian thrips secara terpadu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 
1. Mengolah tanah secara mantap, baik pencangkulan maupun pembersihan (sanitasi) lahan. 
2. Memantau serangan thrips, apabila lahan yang terserang telah mencapai ≥ 15%, harus disemprot dengan insektisida. 
3. Menggunakan insektisida yang mangkus, misalnya Curacron 500 EC, Dicarzol 25 SP, atau Arrivo 30 EC. 

c. Tungau Kuning (Polyphagotarsonemus latus Banks) 
Tungau dewasa berukuran panjang ± 0,25 mm, bertubuh halus, agak transparan (tembus pandang), berwarna hijau kekuning-kuningan, dan memiliki kaki yang langsing yang dapat bergerak dengan cepat. Tungau jantan mempunyai kaki belakang yang kuat yang digunakan untuk memegangi tungau betina pada saat melakukan perkawinan, yaitu saat tungau betina berganti kulit. Tungau kuning menyerang daun-daun muda. Adapun gejala serangan yang ditimbulkan adalah mula-mula permukaan bawah daun terserang menjadi berwarna cokelat mengkilat. Kemudian daun melengkung ke bawah (seperti sendok terbalik dan kaku), pertumbuhan tanaman terhambat dan daun-daun berwarna cokelat, pucuk seperti terbakar, dan gugur. Serangan yang hebat terjadi pada musim kemarau. Pengendalian tungau kuning dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan musuh alami, misalnya predator Phytoseiulus persimilis dan Amblyseius sp. Selain itu dapat digunakan insektisida-akarisida yang mangkus, misalnya Omite 75 EC atauTedion 75 EC. 

2. Penyakit 
Penyakit utama yang sering menyerang tanaman kentang di dataran medium adalah sebagai berikut: 

a. Layu Bakteri 
Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum E. F. Smith. Bakteri ini termasuk mikroorganisme tular tanah (soil borne disease), dan dapat hidup dalam waktu yang relatif. Lama di dalam tanah, yaitu antara 3-5 tahun. Tanaman kentang yang terserang penyakit ini mengalami gejala daun-daun tanaman menjadi layu, dimulai dari bagian pucuk, kemudian menjalar ke bagian bawah, sehingga tanaman tampak seperti kekurangan air. Serangan yang hebat dapat menyebabkan tanaman mati mendadak. Bakteri yang masuk ke dalam umbi dapat menyebabkan umbi membusuk, dan terdapat lelehan putih keruh (massa bakteri). Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan penyakit layu bakteri adalah kehilangan hasil yang mencapai 19%. 

Pengendalian penyakit layu bakteri dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 
1. Menggunakan bibit yang bebas penyakit. 
2. Menghindari kerusakan akar tanaman pada saat penyiangan atau pembumbunan. 
3. Mencabut tanaman yang terserang dengan hebat, kemudian dibenamkan ke dalam tanah. 
4. Memperlakukan bibit dengan insektisida, untuk menghindari kerusakan yang disebabkan oleh serangga dan mencegah masuknya bakteri ke dalam umbi bibit. 
5. Menyiapkan tanah dalam bentuk guludan atau bedengan yang tinggi, yaitu antara 50 cm – 60 cm. memperbaiki drainase tanah dan melakukan pergiliran tanaman. 

b. Busuk Kering 
Penyakit busuk kering disebabkan oleh cendawan (jamur) Alternaria solani Ell. & Marf. Tanaman yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala bercak-bercak pada daun, batang, dan tangkai. Pada daun, bercak berbentuk sirkuler, berwarna cokelat sampai kehitaman, dengan ukuran bervariasi (kadang-kadang mencapai diameter 12 mm). Di sekitar bercak terdapat cincin yang melingkar secara bertutut-turut. Pada batang dan tangkai, bercak berbentuk lonjong memanjang dan membesar. Busuk kering yang terjadi pada batang dan tangkai dikenal dengan nama busuk leher. Serangan yang hebat menyebabkan daun-daun menjadi kering dan gugur (rontok). 

Pengendalian penyakit busuk kering dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 
1. Melakukan pergiliran tanaman. 
2. Menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman atau rumput liar. 
3. Menggunakan bibit yang sehat. 
4. Menggunakan fungisida yang mangkus, misalnya Sandofan MZ 10/56 WP atau Score 250 EC. 

3. Penyakit yang Disebabkan oleh Virus 
Penyakit oleh virus yang paling banyak menyerang tanaman kentang adalah sebagai berikut: 

a. Leaf Roll (Daun menggulung) 
Penyakit ini disebabkan oleh Potato Leaf Roll Virus (PLRV). Tanaman yang terserang menunjukkan gejala anak daun menggulung ke atas dengan arah tegak, daun menjadi kaku, dan regas jika dipatahkan. 

b. Mosaik 
Penyakit mosaic dapat disebabkan oleh 2 jenis virus, yaitu virus potato X (Potato X Virus) dan virus potato Y (Potato Y Virus). Tanaman yang terserang virus potato X menunjukkan gejala adanya mosaic yang sangat lemah pada daun, dan daun terlihat normal. Tanaman yang terserang virus potato Y menunjukkan gejala adanya mosaic sampai nekrosis pada daun. Kemudian daun mongering dengan tangkai daun terkulai, dan akhirnya tanaman mati. 

Pengendalian penyakit yang disebabkan oleh virus, secara terpadu dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 
1. Menanam bibit yang bebas virus. 
2. Mencabut tanaman yang terserang berat. 
3. Melaksanakan pergiliran tanaman. 
4. Mengendalikan vektor virus dengan insektisida yang mangkus dan sangkil. 

penulis:
Mar'atus Shalikhah, Wardiyani, dan Reza Fikri Alfatah. Budidaya Kentang di Dataran Medium. Makalah Budidaya Tanaman Semusim. Fakultas Pertanian UGM

rujukan:
Rukmana, H., R. 2002. Usaha Tani Kentang Di Dataran Medium. Kanisius. Yogyakarta.
Setiadi dan Nurulhuda, S., S., F. 2008. Kentang: Varietas dan Pembudayaan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soelarso, B., R. 1997. Budidaya Kentang Bebas Penyakit. Kanisius. Yogyakarta. 

No comments:

Post a Comment