Monday, May 6, 2013

Hama dan Pengendaliannya pada Tanaman Kedelai Mallika

Hama merupakan hewan yang memiliki potensi merugikan bagi tanaman lebih tinggi daripada potensi menguntungkannya. Hama hadir secara alamiah pada suatu ekosistem pertanian yang memang sengaja dibentuk oleh manusia. Keberadaan hama tidak bisa dihilangkan pada suatu pertanaman. Yang bisa dilakukan hanyalah mengendalikan hama agar populasinya tidak sampai merugikan secara ekonomi. 

Dalam budiaya kedelai hitam, hama juga merupakan penyebab kerugian yang utama. Kerugian yang ditimbulkan hama bisa bersifat kualitatif dan juga bersifat kuantitatif. Berikut adalah beberapa hama yang berada di pertanaman kedelai mallika beserta pengendaliannya. 

1. Lalat bibit (Agromyza phaeseoli) 
Gejala: adanya alur pada daun lembaga ketika tanaman berumur sepekan. Tanaman umur dua pecan menunjukkan kelayuan kemudian mati. 

Pengendalian: penggunaan mula jerami setelah tanam dan dilakukan penanaman serentak dengan selisih waktu , 10 hari. Pemberian pestisida pada benih sebelum ditanam, penyemprotan dengan insektisida selektif disertai pertimbangan tingkat serangan. 


2. Lalat pucuk (Melanoagromyz dolichostigma) 

Gejala: ada bintik putih pada permukaan bawah daun, helai daun layu seluruhnya pada satu tangkai. 

Pengendalian: : penggunaan mula jerami setelah tanam dan dilakukan penanaman serentak dengan selisih waktu , 10 hari. Pemberian pestisida pada benih sebelum ditanam, penyemprotan dengan insektisida selektif 

3. Ulat penggulung daun (Lamprosema indicata) 
Gejala: daun-daun menggulung dan ada ulat berwarna hijau mengkilat pada gulungan. 

Pengendalian: tanam serentak dan dilakukan pergiliran tanam untuk memutus mata rantai penyebaran ulat. Pengendalian mekanis dengan menggunakan tangan dilakukan ketika populasi ulat masih sediki. Ketika populasi bertambah, digunakan insektisida selektif. 

4. Ulat jangkal (Plucia chaalcits) 
Gejala: ulat makan daun dari bagian tepi. Serangan hebat menyebabkan daun habis dan hanya menyisakan tulang daun saja. Umumnya, serangan ulat jengkal terjadi pada saat fase pengisian polong. 

Pengendalian: tanam serentak dan dilakukan pergiliran tanam untuk memutus mata rantai penyebaran ulat. Pengendalian mekanis dengan menggunakan tangan dilakukan ketika populasi ulat masih sediki. Ketika populasi bertambah, digunakan insektisida selektif dan dilakukan secara serentak. 

5. Ulat penggerek polong (Helicoverpa armigera) 
Gejala: serangan larva muda akan pindah ke polong dan memakan polong kulit polong menjadi berlubang tidak beraturan. 

Pengendalian: tanam serentak dan dilakukan pergiliran tanam untuk memutus mata rantai penyebaran ulat. Pada populasi tinggi dianjurkan menggunakan insektisida selektif secara serentak. 

6. Ulat jengkal (Spodoptera litura) 
Gejala: daun yang dimakan terlihat transparan, hanya tinggal tulang daun dan epidermis bagian atas saja. Ulat juga akan memakan bunga dan polong muda tetapi tidak pernah memakan tulang daun muda. 

Pengendalian: tanam serentak dan dilakukan pergiliran tanam untuk memutus mata rantai penyebaran ulat. Pengendalian mekanis dengan menggunakan tangan dilakukan ketika populasi ulat masih sediki. Ketika populasi bertambah, digunakan insektisida selektif. Pengendalian biologi dengan menggunakan ulat sakit yang dgerus kemudian cairannya disemprotkan dengan air. 

7. Kutu kebul (bemisia tabaci) 
Gejala: serangga muda dan dewasa menghisap cairan daun. Kutu kebul menghasilkan ekstrak yang potensial untuk pertumbuhan jamur jelaga berwarna hitam sehingga mengganggu fotosintesis. Kutu kebul juga merupakan inang bagi Cowpea Chlorotic Mottle Virus (CCMV). 

Pengendalian: penanaman serentak dengan selisih < 10 hari. Penyemprotan dengan insektisida selektif secara serentak. 

Sumber: 
Subekti, Sabar dkk. 2008. Mallika, Jejak Sinergi pada Sebutir Kedelai. Unilever Peduli Foundation; Yayasan KEHATI; Universitas Gadjah Mada. 

No comments:

Post a Comment