Wednesday, May 20, 2020

Perbanyakan Tanaman Obat secara In Vitro

kultur jaringan

Dengan semakin berkembangnya usaha di bidang pertanian khususnya pada tanaman obat, maka kebutuhan bibit semakin meningkat. Penyediaan bibit melalui perbanyakan konvensional sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan yang sangat banyak dengan waktu relatif cepat. Dengan demikian, teknologi kultur jaringan telah terbukti dapat digunakan sebagai teknologi pilihan yang sangat menjanjikan. Selain sebagai alternative penyediaan bibit, bibit tanaman yang ditumbuhkan secara in vitro dianggap efisien untuk memproduksi metabolit sekunder. Melalui teknik ini, metabolit sekunder yang dihasilkan dalam jaringan tanaman utuh dapat dihasilkan juga dalam sel-sel yang dipelihara pada medium buatan secara aseptic.

Tanaman berkhasiat obat memiliki senyawa bioaktif yang diperoleh dari hasil metabolit sekunder tanaman. Senyawa bioaktif dalam tanaman obat mempunyai efek fisiologis dalam tubuh untuk meningkatkan kesehatan manusia. Jenis senyawa bioaktif yang dimiliki tanaman berbeda-beda tergantung dari jenis tanaman. Senyawa bioaktif yang dihasilkan melalui kultur in vitro lebih seragam dan terkontrol dan dapat ditingkatkan melalui metode elisitasi.
Terdapat senyawa bioaktif yang muncul ketika diperbanyak melalui kultur in vitro tetapi tidak ditemukan pada konvensional. Penelitian yang dilakukan oleh Suhirman et al (2005), menunjukkan bahwa daun encok (Plumbago zeylanica L.) yang diperbanyak melalui kultur in vitro menghasilkan senyawa steroid dan flavonoid yang mana kedua senyawa tersebut tidak ditemukan pada perbanyakan konvensioanl. Hasil lain dari penelitian tersebut adalah kandungan senyawa alkaloid yang ternyata jumlahnya lebih tinggi pada kultur in vitro dibandingkan pada perbanyakan konvensioanl

Kultur jaringan dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk perbanyakan tetapi juga untuk perbaikan tanaman dan penyimpanan plasma nutfah tanaman obat.Dalam kaitannya dengan penyimpanan plasma nutfah, beberapa tumbuhan obat langka yang berhasil tersimpan melalui kultur jaringan adalah Puwoceng (Pimpinella pruatjan), Temu Puteri (Curcuma petiolate), Puar (Elettaria sumatrana), Pulepandak (Rauwolfia serpentine), Pulai (Alstonia scholaris), Bidara upas (Merremia mammosa), Inggu (Ruta angustifolia) dan lain-lain.

Sumber :
Mariska, I. (2002). Perkembangan penelitian kultur in vitro pada tanaman industri, pangan, dan hortikultura. Bul. Agrobio, 5(2), 45-50.

Syahid, S. F., & Kristina, N. N. (2016). Multiplikasi tunas, aklimatisasi dan analisis mutu simplisia daun encok (Plumbago zeylanica L.) asal kultur in vitro periode panjang. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 19(2), 117-128.

1 comment: