Saturday, March 9, 2013

Menggali Potensi Lahan Rawa Lebak untuk Pertanian


Meningkatnya jumlah penduduk dalam beberapa dasawarsa terakhir telah membawa beberapa dampak baik dampak dalam skala regional maupun dampak secara global. Salah satu dampak yang paling terasa dari adanya pertambahan penduduk dengan rate yang sangat cepat adalah penyediaan bahan pangan yang semakin sulit. Penyediaan bahan pangan yang semakin sulit tidak terlepas dari adanya persaingan penggunaan lahan untuk pertanian yang merupakan tulang punggung penyediaan pangan dengan keperluan-keperluan lain seperti perumahan, tambang, industri, ataupun kegiatan non pertanian yang lain. 

Sistem pertanian intensif yang ada tidak akan mampu mencukupi penyediaan pangan kepada semua masyarakat ketika lahan pertanian yang subur semakin sempit luasannya. Intensifikasi yang berlebihan untuk mengejar produksi tanpa diikuti oleh peningkatan luasan lahan malah seperti hal yang cenderung dipaksakan dan banyak yang tidak sesuai dengan aspek ekologi. Akibatnya, sistem pertanian yang berkelanjutan sulit untuk dicapai. 

Untuk mencapai total produksi yang mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan pangan, intensifikasi haruslah dikombinasikan dengan ekstensifikasi pertanian. Hal ini didasari atas sebuah fakta bahwa sebenarnya masih banyak lahan yang belum termanfaatkan untuk usaha pertanian. Lahan yang dianggap tidak dapat digunakan sebagai usaha pertanian padahal memiliki potensi yang tinggi dengan sedikit tambahan pengelolaan.

Salah satu kawasan yang belum termanfaatkan secara optimal adalah kawasan rawa lebak. Hal ini berdasarkan fakta bahwa Indonesia memiliki rawa lebak seluas kurang lebih 13,27 juta hektar dan baru sekitar satu juta hektar yang sudah dimanfaatkan. Rawa lebak hanya beada di tiga pulau di Indonesia yaitu Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Di Kalimantan Selatan, sebagian kecil lahan rawa lebak telah dimanfaatkan petani setempat untuk bertanam padi dan sedikit jenis sayur-sayuran. 

Secara sederhana, rawa lebak adalah wilayah daratan yang memiliki genangan hampir setiap tahun minimal selama tiga bulan dengan tinggi genangan minimal 50 cm. Dengan pengertian tersebut, orang-orang banyak yang menyamakan antara rawa lebak dengan lahan pasang surut, padahal keduanya memiliki perbedaan-perbedaan. Beberapa hal yang membedakan antara rawa lebak dengan rawa pasang surut adalah : selalu basah, tidak terpengaruh adanya sifat salin air laut, terdiri atas tanah mineral (alluvial), kemasaman tanah lebih rendah, dan selalu mendapat pengayaan hara dari lumpur yang terangkut dan terendapkan. Lahan rawa lebak sendiri secara pengertian adalah rawa lebak yang sudah termanfaatkan untuk pertanian, perikanan dan bahkan untuk peternakan. 

Optimalisasi dan penggalian potensi untuk pertanian pada lahan rawa lebak tidak terlepas dari adanya kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh lahan rawa lebak. Kelebihan yang dimaksud adalah (1) berpotensi sebagai sumber pertumbuhan produksi baru yang cukup memberikan harapan, (2) memiliki hamparan yang cukup luas, (3) memiliki nilai kompetitid dan komparatif untuk dikembangkan dengan beragam komoditas. Hal ini tidak terlepas dari ekologi lahan rawa lebak yang sesuai untuk beragam komoditaas pertanian, (4) memiliki kekayaan kearifan lokal yang cukup potensial untuk digali dan dikembangkan. 

Selain keunggulan dari segi fungsi prosuksi di atas, rawa lebak juga memiliki potensi fungsi lingkungan dan daya eksotik yang jika juga dikembangkan akan memberikan manfaat dan sumbangan bagi kesejahteraan masyarakat. Rawa lebak memiliki biodiversitas yang tinggi sehingga juga seuai untuk dikembangkan sebagai lahan konservasi dan juga mungkin pariwisata. Dan satu lagi, rawa lebak merupakan suatu ladang penelitian karena di dalamnya menyimpan misteri yang perlu diungkapkan. 

Dengan kebutuhan pangan yang semakn meningkat, usaha pemanfaatan dan pengembangan lahan rawa lebak untuk pertanian, baik pertanian dalam arti sempit maupun dalam arti luas seperti suatu keniscayaan yang tinggal menunggu waktu. Akan tetapi, pemenfaatan dan pengembangan yang dilakukan perlu diperhatikan secara sungguh sungguh agar tidak merusak keragaman genetic di lahan rawa lebak sekaligus menjaga agar suatu pertanian dapat berjalan secara berkelanjutan. 


Refferensi: 
Noor, Muhammad. 2007. Rawa Lebak, teknologi, Pemanfaatan, dan Pengembangannya. Rajawali Pers, Jakarta. 

No comments:

Post a Comment