Thursday, March 28, 2013

Tanggapan Bibit Kakao dari Bagian Ujung, Tengah, dan Pangkal terhadap Macam Pupuk Organik


Tanaman kakao dapat diperbanyak secara vegetatif dan generative. Perbanyakan vegetatif dengan menggunakan metode okulasi dan sambung pucuk. Perbanyakan vegetative dilakukan dengan menggunakan biji. Perbanyakan tanaman kakao juga dapat dilakukan dengan kombinasi antara perbanyakan vegetatif dengan perbanyakan generatif (Siregar et al, 1992). Salah satu faktor yang turut menunjang tingkat keberhasilan sambung pucuk dan okulasi adalah ketersediaan batang bawah yang subur dan sehat. Batang bawah yang subur dan sehat pada umumnya diperoleh dari biji yang berasal dari tengah buah. Biji yang berasal dari tengah buah pada umumnya memiliki ukuran yang lebih besar daripada dari bagian yang lain (Muljana, 1982). 

Biji yang letaknya di bagian tengah memiliki ukuran lebih besar dibanding bagian pucuk maupun pangkal. Dengan demikian, secara kuantitatif, biji yang lebih besar jumlah cadangan makanannya akan ampu mencukupi kebutuhan hidup selama di persemaian (Sutardi dan Hendrata, 2009). Ukuran benih berkorelasi dengan vigor. Benih yang relatif berat lebih dipilih karena umumnya berhubungan dengan perkecambahan (Schmidt 2000). Di dalam jaringan penyimpanan benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Di mana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan benih yang kecil, mungkin pula embrionya lebih besar (Sutopo, 2004).

Fase penyemaian merupakan fase penting untuk mendapatkan tanaman yang produktif nantinya, oleh karenanya seleksi tanaman yang sehat dan tumbuh dengan baik mutlak dilakukan. kondisi semai secara keseluruhan, baik kondisi fisik maupun fisiologis relatif lebih baik dan lebih siap untuk disapih ke dalam media yang baru, sehingga semai lebih mampu beradaptasi dan dapat menyerap unsur hara yang terdapat dalam media sapih. Dengan kondisi demikian semai diharapkan akan dapat melakukan proses pertumbuhannya secara optimal ( Sofyan dan Islam, 2006). Kegiatan penyapihan merupakan salah satu faktor yang sangat penting terutama waktu penyapihan (umur semai saat disapih), mengingat pengaruhnya yang cukup besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan semai atau bibit (Daniel et al., 1987). 

Faktor yang mempengaruhi pembibitan tanaman kakao seperti juga tanaman perkebunan yang lain adalah air, cahaya matahari, unsur hara, suhu, dan kelembaban. Pertumbuhan vegetatif bibit terbagi atas pertumbuhan daun, batang dan akar. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan daun dan batang ialah hormon dan nutrisi (faktor dalam), status air dalam jaringan tanaman, suhu udara dan cahaya (faktor luar). Pertumbuhan akar dipengaruhi suhu media tumbuh, ketersediaan oksigen (aerasi), faktor fisik media tumbuh, pH media tumbuh, selain faktor dalam dan status air dalam jaringan tanaman. Pertumbuhan daun dan perluasan batang menentukan luas permukaan daun dan struktur tajuk yang sangat penting sehubungan dengan proses fotosintesis. Sedangkan perluasan akar akan menentukan jumlah dan distribusi akar yang kemudian akan berfungsi kembali sebagai organ penyerap susur hara mineral (Hutcheon, 1975). 

Pemberian pupuk pada saat tanaman masih dalam pembibitan amatlah diperhatikan karena disamping dapat memberikan unsure hara yang berguna bagi pertumbuhan tanaman juga dapat mempermudah tanaman tersebut mendapatkan unsure hara yang diperlukan. Bila akar bibit tanaman tersebut belum berkembang, belum dapat memanfaatkan kesuburan media tumbuhnya (Sutardi dan Hendrata, 2009). 

Kelebihan aplikasi gabungan organik dan pupuk anorganik adalah bahwa hal itu akan mengurangi jumlah pupuk yang dibutuhkan, dan bantuan rilis nutrisi dari sumber organik. Kakao kulit polong dan abu yang belum memadai diselidiki dalam nutrisi tanaman. Setelah pencarian literatur yang luas mencatat kelangkaan laporan penggunaan kulit kakao di pabrik nutrisi. Kakao yang diterapkan pada tanah sekam meningkatkan produksi kakao sebesar 124%, juga meningkatkan penyerapan P, K, dan Mg. Pengaruh kulit kakao abu sekam sebagai sumber unsur hara bagi bibit yang diselidiki (Ayeni, 2010).

refferensi:
Ayeni, L.S. 2010. Integrated application of cocoa pod ash and npk fertilizer: effect On soil 
and plant nutrient status and maize performance – field Experiment. Journal of American Science: (6) 

Daniel, T.W., J.A. Helms, & F.S. Baker. 1987. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Gajah Mada University Press. 

Hendra R dan Sutardi. 2009. Respon bibit kakao pada bagian pangkal, tengah, dan pucuk terhadap pemupukan majemuk. Agrovigor 2: 103-109. 

Hutcheon, W.V. 1975. The Water Relation of Cocoa. Rep. Cocoa Res. Inst. Ghana 149-165. 

Latif, S. 1982. Pengaruh lama penyimpanan dan letak biji pada pod terhadap daya kecambah benih cokelat (Theobroma cacao L). Buletin BPP Medan 13: 45-50. 

Muljana, W. 1982. Bercocok Tanam Coklat. Aneka Ilmu, Semarang. 

Schmidt L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Subtropis. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan, Jakarta. 

Siregar, T.H., S. Riyadi, dan L. Nuraeni. 1992. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Coklat. Penebar Swadaya, Jakarta. 

Sofyan, A. dan S. Islam. 2006. Pertumbuhan Bibit Mersawa Pada Berbagai Tingkat Umur Semai.Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang. 

Sutopo, Lita. 2004. Teknologi Benih. Rajawali Pers, Jakarta.

No comments:

Post a Comment