Monday, March 11, 2013

Pengertian dan Batasan Lahan Rawa Lebak

Secara istilah, rawa lebak berasal dari bahasa jawa lebak yang berarti lembah atau dataran yang rendah. Akan tetapi, secara umum, rawa lebak merupakan suatu daratan yang seriap tahunnya mengalami genangan minimal selama tiga bulan dengan genangan minimal 50 cm. rawa lebak juga disebut dengan istilah rawa pedalaman karena kedudukannya yang menjorok jauh dari muara laut atau sungai. Lahan rawa lebak sendiri adalah rawa lebak yang sudah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, perikanan, peternakan, atau segala hal yang sudah mendapat campur tangan manusia. 


Pada musim hujan, rawa lebak menjadi tergenang karena mendapat luapan dari sungai besar di sekitarnya, berada pada suatu cekungan dan juga memiliki pengatusan atau drainase yang buruk. Genangan pada rawa lebak biasanya berlangsung stagnan dan akan sangat sulit untuk mengalir. Pada musim kemarau, genangan pada rawa lebak menjadi hilang dan rawa menjadi kering. Pada saat itulah biasanya rawa lebak dimanfaatkan untuk bidang pertanian.

Lebih spesifik, rawa lebak adalah suatu wilayah dataran yang cekung yang dibatasi oleh satu atau dua tanggul sungai atau antara dataran tinggi dengan tanggul sungai. Bentang lahan pada rawa lebak seperti pada sebuah mengkuk dengan bagian tengah yang cekung. Pada saat tergenang, bagian cekungan di tengah memiliki kedalaman yang paling dalam dan semakin ke tepi akan semakin dangkal. Pada musim hujan genangan akan mencapai 4-7 meter dan kering pada musim kemarau. Akan tetapi, pada teangah rawa yang berbentuk cekungan, genangan masih akan tetap ada walaupun mungkin tidak lebih dari 1 meter. 

Di dataran tinggi, lahan rawa lebak terdapat diantara dua bukit. Kondisi lahan selalu basah dan penuh dengan tumpukan bahan organik karena proses perombakan bahan organik lebih lambat daripada akumulasi bahan organik pada lahan tersebut. Bentang alam yang sama dengan rawa lebak tetapi tidak emngalami genangan disebut dengan rawa labak yang kehilangan identitas. Pada rawa lebak seperti ini, pertanian malah seperti pada pertanian tadah hujan (rainfed agriculture). 

Rawa lebak berbeda dengan rawa pasang surut berdasarkan topografi dan juga periode genangannya. Lahan pasang surut lebih rata kerena mendapat pengaruh pasang surut. Selain itu, pada lahan pasang surut periode genangan dapat diprediksi dengan jelas yaitu pada saat bulan baru atau pada ssat bulan purnama. Gengangan atau banjir merupakan sifat bawaan rawa lebak karena sebagai ciri hidro ekologi lebak sehingga menjadi identitas yang membedakan dengan bentang alam yang lain walaupun berada dalam suatu hamparan yang sama. 

Dalam konteks yang lebih luas, rawa lebak dapat juga disebut dengan istilah wetland, lowland, peatland, inland, dan deepwater land. Wetland digunakan untuk menunjukkan bahwa wilayah tersebut basah sepanjang tahun dengan curah hujan 2000 mm per tahun dan memiliki bulan basah 7-6 bulan. Lowland digunakan untuk menunjukkan bahwa wilayah tersebut termasuk dataran rendah, seadngkan peatland dugunakan untuk menggambarkan wlayah tersebut mengandung gambut yang cukup tebal. Inland dan deep water land digunakan untuk menunjukkan bahwa wilayah tersebut menjorok ke pedalaman dengan genangan yang terjadi sepanjang tahun. 

Bentang alam yang terdapat pada rawa lebak meliputi wilayah tanggul sungai, dataran banjir, sampai lahan burit termasuk sebagian wilayah rawa pedalaman dan rawa belakang. Lahan rawa lebak dapat dipilah menjadi lebak dangkal, lebak tengahan, lebak dalam dan lebak sangat dalam. Secara khusus, lebak merupakan dataran banjir, dataran meander (sungai berkelok-kelok), dan bekas aliran sungai tua. 

Dengan sifat dan ekologi yang menjadi karakteristik rawa lebak, rawa lebak memiliki banyak potensi yang harus digali khususnya dalam kaitan dengan pemenuhan kebutuhan pangan. Baik untuk pertanian, perikanan, ataupun juga untuk peternakan. 



Refferensi: 
Noor, M.2007. Rawa Lebak: Teknologi, Pemanfaatan, dan Pengembangannya. Rajawali Press, Jakarta.

2 comments: