Sunday, March 3, 2013

Jenis, karakter, Penyebaran, dan Pemanfaatan Tanah untuk Pertanian

Pada dasarnya, tanah merupakan suatu lapisan yang berada di permukaan bumi, berbentuk padat (tetapi bukan batuan), dengan penyebaran secara horizontal dan vertikal yang berbeda untuk satu daerah dengan daerah yang lainnya. Tanah sangat mendukung berbagai aktivitas kehidupan manusia dan organisme lainnya. dan dapat dikatakan, tanpa adanya tanah, hampir setiap jenis aktivitas kehidupan manusia akan terganggu. 

Pengertian tanah bukanlah hal yang baku. Definisi tanah akan berbeda antar satu manusia dengan yang lainnya tergantung oleh profesi dan sejauh mana hubungan manusia tersebut dengan tanah. Bagi seorang ahli ilmu tanah, tanah adalah suatu lapisan bahan alami yang terbentuk akibat adanya pengaruh-pengaruh seperti iklim, organisme, batuan induk, topografi, dan waktu. Adanya perbedaan setiap faktor juga menyebabkan perbedaan jenis dan karakteristik tanah yang dibentuk. 

Dalam bidang pertanian, tanah lebih diidentikkan dengan tempat atau media tumbuh tanaman. Hal ini karena paling tidak tanah memiliki empat fungsi utama: 

1. Tempat tumbuh dan berkembangya perakaran yang memungkinkan tanaman tumbuh tegak dan mendapatkan nutrisi makanan. 

2. Penyedia kebutuhan pokok tanaman seperti air, udara, dan beberapa nutrisi yang sangat dibutuhkan tanaman untuk tumbuh, bekembang, dan menghasilkan. 

3. Penyedia kebutuhan sekunder yang berfungsi untuk menunjang metabolisme tanaman seperti zar pengatur tumbuh, enzim, dan antibiotic-antibiotik. 

4. Habitat biota tanah yang seringkali menunjang pertumbuhan tanaman. 

Seperti telah dsebutkan di atas, tanah memiliki persebaran secara vertikal dan horizontal. Persebaran vertical hanya dipengaruhi oleh jenis tenah. Persebaran secara horizontal disebabkan oleh perbedaan keadaan iklim, topografi, bahan batuan induk, organisme, dan waktu yang menyebabkan setaip daerah memiliki jenis dan karakter tanah yang juga berbeda-beda. Perbedaan jenis taah juga akan menyebabkan perbedaan pemanfaatan untuk pertanian karena setiap tanaman memiliki syarat tumbuh yang berbeda-beda berkaitan dengan sefat dan kerakter tanah. 

Berikut adalah jenis,karakter, persebaran, dan pemanfaatan tanah untuk pertanian: 

1. Regosol. 
Menurut USDA, regosol merupakan tanah yang termasuk ordo entisol. Secara umum, tanah entisol adalah tanah yang belum mengalami perkembangan yang sempurna, dan hanya memiliki horizon A yang marginal. Contoh yang tergolong entiso adalah tanah yang berada di sekitar aliran sungai, kumpulan debu vulkanik, dan pasir. Umur yang amsih muda menjadikan entisol masih miskin sampah organik sehingga keadaannya kurang menguntungkan bagi sebagian tumbuhan. 

Secara spesifik, ciri regosol adalah berbutir kasar, berwarna kelabu sampai kuning,,dan bahan organik rendah. Sifat tanah yang demikian membuat tanah tidak dapat menampung air dan mineral yang dibutuhkan tanaman dengan baik. 

Dengan kandungan bahan organik yang sedikit dan kurang subur, regosol lebih banyak dimanfaatkan untuk tanaman palawija, tembakau, dan buah-buahan yang juga tidak terlalu banyak membutuhkan air. Regosol banyak tersebar di jawa, Sumatra, dan nusa tenggara yang kesemuanya memiliki gunung berapi. 

2. Latosol 

Dalam USDA latosol masuk dalam golongan inseptisol. Inseptisol berkembang pada daerah yang lembab. Perkembangan horizon inseptisol berlangsung lambat samapi sedang. Perkembangan yang lambat terjadi karena tanah berada pada ligkungan yang lembab, dingin, dan mugkin genangan-genangan air. 

Secara spesifik, latosol merupakan tanah yang berwarna merah hingga coklat sehingga banyak yang menamainya sebagai tanah merah, memiliki profil tanah yang dalam, mudah menyerap air, mudah mneyerap air, memiliki kandungan bahan organik yang sedang, dan pH netral hingga asam. Kadar humus latosol mudah menurun, dan memiliki fosfat yang mudah bersenyawa dengan besi dan almunium. Latosol banyak dijumpai di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bali, Jawa, Minahasa, Papua, dan Sulawesi. Saat ini, jenis tanah latosol banyak digunakan untuk pertanaman palawija, padi, kelapa, karet, dan kopi. 

3. Organosol 

Organosol merupakan jenis tanah yang terbentuk akibat adanya pelapukan-pelapukan bahan organik. Sebagai hasil pelapukan bahan organik, tanah jenis ini subur untuk hampir semua jenis tanaman. Organosol dibedakan menjadi dua yaitu tanah humus dan tanah gambut. 

Tanah humus adalah tanah hasil pelapukan dan pembusukan bahan organik khususnya dari tanaman yang sudah mati. Humus sangat subur untuk pertanian. Kandungan bahan organik yang tinggi membuat tanah humus berwarna kehitam-hitaman. Humus banyak dimanfaatka untuk media pertanaman kelapa, nanas, dan padi. Persebarannya banyak terdapat di pulau Sumatra, Sulawesi, Jawa Barat, Kalimantan, dan Papua. 

Tanah gambut adalah tanah hasil pembusukan bahan-bahan organik. Akan tetapi, tanah gambut kurang subur untuk pertanian. Pembusukan pada tanah gambut berlangsung dalam keadaan tergenang air sehingga tanah menjadi anaerob dan terlalu masam. Bahan organik yang tidak lapuk sempurna juga menyebabkan tanah gambut tidak subur untuk tanaman. Gambut banyak terdapat di pantai timur Sumatra, Kalimantan barat, dan pantai selatan papua. Saat ini gambut baru dikembangkan untuk pertanian kelapa sawit. 

4. Alluvial. 

Menurut USDA, alluvial tergolong dalam ordo inseptisol. Ciri umum sama dengan pada tanah latosol. Alluvial merupakan tanah muda hasil pengendapan material halus aliran sungai. Cirri utama tanah alluvial adalah berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit lepas-lepas. Kesuburan tanah alluvial sangat bergantung pada sumber bahan asal aliran sungai. 

Alluvial terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sungai-sungai besar seperti pada pulau jawa, Sumatra, Kalimantan, dan papua. Alluvial banyak dgunakan untuk tanaman padi, palawija, tebu, kelapa, tembakau, dan buah-buahan. 



5. Podzolik Merah Kuning 

Podzolik merah kuning merupakan bagian dari tanah Ultisol. Menurut USDA, ultisol adalah tanah yang sudah mengalami pencucian pada iklim tropis dan sub tropis. Karakter utama tanah ultisol adalah memiliki horizon A yang tipis, akumulasi lempung pada horizon Bt dan bersifat agak masam. Tanah ultisol bersifat agak lembab dengan kadar lengas tertinggi pada ultisol yang berbentuk bongkah. 

Tanah podzolik merah kuning sendiri merupakan tanah yang terbentuk karena curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah. Tanah podzolik merah kuning berwarna merah sampai kuning dengan kesuburan yang relatif rendah karena pencucian-pencucian. Podzolik merah kuning banyak digunakan untuk tanaman kelapa, jambu mete, karet, dan kelapa sawit. Podzolik merah kuning banyak dijumpai di daerah pegunungan Sumatra, Jawa Barat, Sulawesi, Maliku, Kalimantan, Papua, dan Nusa Tenggara. 

6. Laterit. 

Laterit hampir sama dengan podzolik meah kuning. Hanya saja jenis tanah ini terbentuk pada suhu yang lebih tinggi. Curah hujan yang tinggi menyebabkan tanah laterit memiliki kandungan hara yang rendah sehingga kurang cocok untuk berbagai jenis tanaman. Laterit banyak dijumpai pada pegunungan yang hutannya sudah gundul seperti pada Jawa Tengah, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tenggara. Laterit bayak digunakan untuk pertanaman jambu mete dan kelapa. 



7. Litosol 

Dalam USDA, litosol termasuk dalam ordo Entisol, sama dengan tanah regosol. Lebih spesifik, tanah litosol merupakan tanah muda yang berasal dari pelapukan batuan yang keras dan besar. Litosol belum mengalami perkembangan lebih lanjut sehingga hanya memiliki lapisan horizon yang dangkal. Sebagai tanah muda, latosol memiliki struktur yang besar-besar dan miskin akan unsure hara. 

Litosol banyak terdapat di Sumatra, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara, Maluku Selatan, dan Papua. Latosol baru bisa dimanfaatkan untuk palawija. 



8. Rendzina 

Rendzina merupakan tanah organik diatas bahan berkapur yang memiliki tekstur lempung seperti vertisol. Tanah redzina memiliki kadar lempung yang tinggi, teksturnya halus dan daya permeabilitasnya rendah sehingga kemampuan menahan air dan mengikat air tinggi. Tanah rendzina berasal daripelapukan batuan kapur dengan curah hujan yang tinggi. Tanah memiliki kandungan Ca dan Mg yang cukup tinggi, bersifat basa, berwarna hitam, serta hanya mengandung sedikit unsur hara. 

Rendzia banyak terdapat di Maluku, papua, Aceh, Sulawesi Selatan, Lampung dan pegunungan kapur di selatan Pulau Jawa. Rendzina digunakan untuk budidaya tanaman keras semusim dan juga tanaman palawija. 

9. Tanah Mediteran 

Dalam USDA, tanah mediteran merupakan tanah ordo alfisol. Alfisol berkembang pada iklim lembab dan sedikit lembab. Curah hujan rata-rata untuk pembentukan tanah alfisol adalah 500 sampai 1300 mm tiap tahunnya. Alfisol banyak terdapat di bawah tanaman hutan dengan karakteristik tanah: akumulasi lempung pada horizon Bt, horizon E yang tipis, mampu menyediakan dan menampung banyak air, dan bersifat asam. Alfisol mempuyai tekstur lempung dan bahan induknya terdiri atas kapur sehingga permeabilitasnya lambat. 

Tanah mediteran merupakan hasil pelapukan batuan kapur keras dan batuan sedimen. Warna tanah ini berkisar antara merah sampai kecoklatan. Tanah mediteran banyak terdapat pada dasar-dasar dolina dan merupakan tanah pertanian yang subur di daerah kpur daripada jenis tanah kapur yang lainnya. tanah mediteran banyak terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Sumatra. Mediteran cocok untuk tanaman palawija, jati, tembakau, dan jambu mete. 

10. Grumosol 

Dalam USDA, grumosol tergolong dalam ordo vertisol. Vertisol merupakan tanah dengan kandungan lempung yang sangat tinggi. Vertisol sangat lekat ketika basah, dan menjadi pecah-pecah ketika kering. Vertisol memiliki keampuan menyerap air yang tinggi dan juga mampu menimpan hara yang dibutuhkan tanaman. Grumosol sendiri merupakan tanah dengan warna kelabu hingga hitam serta memiliki pH netral hingga alkalis. Di Indonesia, jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 m di atas permukaan laut dengan topografi agak bergelombang hingga berbukit, temperatur rata-rata 25oC, curah hujan <2.500 mm, dengan pergantian musim hujan dan kemarau yang nyata. 

Grumosol banyak terdapat di Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Nusa Tenggara Timur. Grumosol banyak dimanfaatkan untuk pertanian jenis rumput-rumputan atau pohon-pohon jati. 

Walaupun setiap jenis tanah memiliki perbedaan karakteristik yang membedakan antara satu jenis tanah dengan jenis yang lain, pada dasarnya setiap jenis tanah dapat dimodifikasi sedemikian rupa agar suatu jenis tanah dapat mendukung pertumbuhan, perkembangan, dan hasil untuk semua jenis tanaman. Hanya tinggal bagaimana ahli-ahli dan setiap orang yang bekerja dipertanian jeli dan mampu memanfaatkan semua yang ada. 


Refferensi: 
http://arisudev.wordpress.com/2011/07/13/berbagai-jenis-tanah-di-indonesia/ 
Syamsul Siradz dan Bambang K Kertonegoro. Bahan Kuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,        Universitas Gadjah Mada. 
Hanifah, K.A. 2009. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers, Jakarta. 

3 comments: