Sunday, March 24, 2013

Pengenalan Buah Sawo (Achras sapota)

mengenal morfologi buah sawo
Sawo merupakan tanaman endemis yang berada di kawasan tropis Amerika Tengah, menyebar dari Meksiko hingga Guatemala, Salvador, dan Hounduas Utara. Dewasa ini, tanaman sawo sudah mulai dan banyak menyebar hampir di seluruh kawasan tropis (Ashari, 2006). Awalnya, sawo dibudidayakan di Chili untuk diambil lateksnya. Akan tetapi saat ini, sawo telah dibudiayakan untuk diambil buahnya yang manis untuk dokonsumsi atau sekedar untuk hiasan (Samson, 1989).

Buah berukuran bulat hingga lonjong dengan permukaan kasar dan berwarna kecoklatan. Daging buah lunak, manis berair, dan berbiji hitam kecoklatan sebanyak hingga enam buah. Daging buahnya mempunyai tekstur yang khas, rasanya manis serta aroma yang khas dan segar. Buah sawo banyak dikonsumsi untuk buah segar dan jarang dimakan dalam bentuk awetan. Sawo dipetik dalam kondisi yang benar-benar tua karena buah sawo bersifat nonklimakterik. Akan tetapi, beberapa literature menyebutkan bahwa sawo termasuk buah klimakterik sehingga dapat dipanen ketika masih muda dan dapat diperam hingga matang. Buah sawo yang sudah matang beraroma harum, buahnya menjadi lunak, dan rasanya manis sekali. Buah sawo mengandung banyak gula atau sebesar 14% yang terdiri atas 7,2 %sukrosa, 3,7 % dekstrosa, dan 3,5 % levulose. Menurut Sunardi (2008), kandungan yang terdapat dalam sawo antara lain lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin C,kalsium, zat besi, potassium, dan sodium.

Buah berasal dari bakal buah. Bunga hanya memiliki satu bakal buah saja. Dalam satu buah terdapat 3-5 biji. Biasanya biji-biji ini berwarna hitam. Dinding buah (pericarpium) tebal berdaging dan dapat dibedakan lapisan-lapisannya, yaitu kulit luar (epicarpium), lapisan paling luar berwarna coklat, tipis, kasar, kaku seperti kulit; dan kulit tengah (mesocarpium), tebal berdagingz, bisa dimakan, berair, berwarna coklat muda sampai coklat kemerahan;. Jika sudah masak buah tidak pecah. Biji-biji terletak bebas dalam mesocarpium. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa buah Achras zapota merupakan buah sejati, tunggal, berdaging dan buni

Di Indonesia, sawo belum banyak diusahakan dalam skala yang luas. Banyak sentra produksi sawo yang hanya berasal dari pekarangan warga ataupun dari hutan rakyat. Sentra produksi sawo yang ada di Indonesia diantaranya adalah Ciamis, Bekasi, Wonogiri, Boyolali, Sleman, Bantul, dan Buleleng. Kebanyakan tanaman sawo yang dibudidayakan adalah jenis sawo manila dan sawo apel.

Sawo dapat tumbuh dengan baik pada kondisi iklim tropis. Sawo cukup bisa menyesuaikan terhadap berbagai suhu. Akan tetapi suhu yang terlalu panas akan merusak pertumbuhan sawo. Curah hujan antara 1250-2500 mm per tahun yang tersebar merata sepanjang tahun. Sawo cukup tahan terhadap gannguan angin. Sawo masih dapat tumbuh cukup baik sampai ketinggian 900 m di atas permukaan laut, meskipun masih dapat tumbuh sampai ketinggian 2500 m di atas permukaan laut. Sawo tumbuh baik pada tanah alluvial dan tanah berpasir. Tanah liat masih cukup sesuai asal drainasenya baik. Sawo cukup tahan terhadap kekeringan. Sawo tumbuh baik pada tanah dengan kisaran pH tanah antara 6 – 7 (Purnomosidhi et al., 2002).

Karena masih belum bersifat komersil seutuhnya, kebanyakan perbanyakan tanaman sawo masih dengan menggunakan biji. Perbanyakan dengan biji lebih mudah dilakukan dan memberikan akar dan tajuk yang lebih baik. Akan tetapi, tanaman yang dikembangkan dengan menggunakan biji baru akan berbuah ketika berumur 6-10 tahun. Perbanyakan tanaman dengan grafting cenderung sulit dilakukan karena batang sawo memiliki getah yang cukup banyak.


Sawo ditanam pada lahan yang memiliki drainase yang baik karena sawo tidak tahan dengan adanya genangan. Sawo ditanam di lahan dengan jarak tanam 8x8 meter. Sawo diberi pupuk dengan pupuk majemuk NPK 4:7:5 dengan dosis 500 sampai 600 gram per pohon. Pada tanaman yang belum menghasilkan, pupuk diberikan tiga kali dalam setahun. Pada tanaman yang sudah menghasilkan, pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Pada daerah dengan syarat tumbuh yang optimal ditambah dengan teknis budidaya yang baik, tanaman sawo akan menghasilkan buah optimal.

refferensi:
Ashari, Sumeru. 2006. Bebuahan Tropis Indonesia. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Samson, J.A. 1989. Tropical Fruits. John Wiley and Sons. Inc., New York.
Sunardi. 2008. Nabi Saja Suka Buah. Aqwamedia, Solo.
Purnomosidhi, P., Suparman, J. M. Roshetko dan Mulawarman. 2002. Perbanyakan dan Budidaya Tanaman Buah-Buahan. International Centre for Research in Agroforestry, Jakarta.

sumber gambar: 

No comments:

Post a Comment