Sunday, January 27, 2013

Laporan Praktikum: Identifikasi Benih dan Kecambah


Yang dimaksud dengan benih ialah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani, memiliki fungsi agronomis atau merupakan komponen agronomi. Sebagai komponen agronomi masalah benih ini lebih berorientasi pada penerapan norma-norma ilmiah, jadi lebih bersifat teknologis (Kartasapoetra, 1986).
Definisi benih secara botanis adalah hasil dari pembuahan dan pematangan ovule. Benih terdiri dari embrio yang berkembang menjadi bibit setelah perkecambahan, jaringan nutrisi, lapisan pelindung, dan testa. Kerap kali juga mengandung struktur lain seperti ovari atau bagian lain dari bunga (Anonim, 2008).
Yang dimaksud dengan benih matang pada umumnya terdiri dari tiga struktur dasar, yaitu embrio, jaringan penyimpanan bahan makanan dan kulit benih. Embrio terdiri dari sumbu embrio yang mengandung daun lembaga atau kotiledon, plumula, hipokotil dan bahan akar. Jaringan penyimpanan bahan makanan dari suatu benih mungkin dalam bentuk daun lembaga, endosperma atau perisperma. Kulit benih dapat terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan luar yangrelatif kuat dan lapisan dalam yang lebih tipis. Pada benih tertentu dapat pula hanya merupakan lapisan tunggal saja. Tipe perkecambahan benih mungkin saja hypogeal atau mungkin pula epigeal. Pada kecambah hypogeal kotiledon tetap tinggal dalam tanah, tetapi pada kecambah yang epigeal kotiledon terangkat ke atas karena hipokotil bertambah panjang lebih cepat dari epikotil (Kartasapoetra, 1986).

Dalam sisi ilmu botani, benih ialah biji yang berasal dari ovule. Dalam pertumbuhannya setelah masak (mature) lalu menjadi biji (seed), sedangkan bagian integumennya menjadi kulit biji (seed cost) dan bagian ovarinya menjadi buah. Setiap benih yang matang selalu terdiri dari paling tidak dua bagian, yaitu embrio dan kulit biji. Kulit biji terbentuk dari integumen yang ada pada ovule. Setiap biji yang masih sangat muda dan sedang tumbuh, selalu paling tidak terdiri dari tiga bagian yaitu : embrio, kulit biji, dan endosperm (Kamil, 1982).
Perkecambahan adalah permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya semai. Perkecambahan meliputi peristiwa-peristiwa fisiologis dan morfologis sebagai berikut (Gardner et al., 1991) :
·         Imbibisi dan absorbsi air
·         Hidrasi jaringan pencernaan
·         Absorbsi oksigen
·         Pengaktifan enzim dan pencernaan
·         Transpor molekul yang terhidrolisis ke sumbu embrio
·         Peningkatan respirasi dan asimilasi
·         Inisiasi pembelahan
·         Munculnya pembelahan
Benih merupakan salah satu komponen utama dalam sistem produksi pertanian. Saat ini benih telah menjadi komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomi karena kualitas benih akan menentukan nilai ekonomi suatu produksi pertanian. Kriteria benih bermutu mencakup kriteria mutu genetis, mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih (patologis). Mutu genetis menggambarkan sifat-sifat unggul yang diwariskan oleh tanaman induk. Mutu fisiologis menunjukkan viabilitas dan vigor benih. Mutu fisik mencakup struktur morfologis, ukuran, berat dan penampakan visual benih. Kesehatan benih menggambarkan status kesehatan benih, yaitu potensi benih sebagai pembawa patogen dan penyakit tanaman (Charomaini et. Al., 2005).
Terdapat interaksi antara warna kulit benih dengan suhu ruang simpan. Benih kedelai hitam yang disimpan dalam kaleng dan kantong plastik padasuhu rendah maupun suhu tinggi selama enam bulan masih mampu mempertahankan daya tumbuh(> 90%), vigor dan pertumbuhan bibit yang tinggi dibandingkan dengan kedelai kuning. Benihkedelai kuning yang disimpan enam bulan dalam kaleng maupun kantong plastik pada suhu rendahmasih mempunyai daya tumbuh tinggi (> 80 %), pada suhu tinggi daya tumbuh benih mulai mengalami penurunan pada bulan kedua sampai akhir penyimpanan menjadi 41 % danpertumbuhan bibit rendah (Purwanti, 2004).
Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, produksi perlu ditingkatkan antara lain dengan menggunakan benih bermutu. Mutu benih yangmencakup mutu fisik, fisiologis dan genetik dipengaruhi oleh proses penanganannya dariproduksi sampai akhir periode simpan. Salah satu masalah yang dihadapidalam penyediaan benih bermutu adalah penyimpanan. Penyimpanan benih kacangkacangandi daerah tropis lembab seperti di Indonesia dihadapkan kepada masalah daya simpan yang rendah (Tatipata et.al, 2004).

sumber:
Anonim. 2008. Identifikasi Benih Bitti (Vitex cofassusReinw).  (http://ditlin.hortikultura.go.id/buku/benih_anekatanaman.htm). Diakses tanggal 20 April 2008.

Charomaini, Sri Rukun dan Diana Windiasih. 2005. Hubungan benih dengan patogen sebagai penyebar penyakit. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 2 (2) : 68-73.

Gardner, F. B., R. B. Pearce dan R. L Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plant (Fisiologi Tanaman Budidaya, alih bahasa : H. Susilo). UI. Jakarta.

Kamil, J. 1982. Teknologi Benih. Angkasa. Bandung.

Kartasapoetra Ance, G. 1986. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. PT Bina Aksara. Jakarta.

Purwanti S. 2004. Kajian ruang simpan terhadap kualitas benih kedelai hitam dan kedelai kuning. Ilmu Pertanian 11 (1) : 22-31.

Tatipata A., Prapto Y., Aziz P., Woerjono M. 2004. Kajian fisiologi dan biokimia deteorasi benih kedelai dalam penyimpanan. Ilmu Pertanian 11 (2) : 76-87.

No comments:

Post a Comment