Sunday, January 27, 2013

Laporan Praktikum: Indeks Vigor Perkecambahan


          Vigor benih dalam hitungan viabilitas absolute merupakan indikasi viabilitas benih yang menunjukkan benih kuat tumbuh di lapang dalam kondisi yang suboptimum. Tolok ukur kecepatan tumbuh mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh karena benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang suboptimum. Kecepatan tumbuh benih diukur dengan jumlah tambahan perkecambahan setiap hari (Sadjad, 1993).
      Perubahan katabolik terus berlangsung sejalan dengan semakin tuanya benih dan kemampuan benih untuk berkecambah juga menurun. Penurunan daya kecambah yang terukur, tidak segera terjadi setelah kemasakan tercapai. Pada kondisi penyimpanan yang menguntungkan, awal kemunduran mungkin terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun, tergantung pada kondisi penyimpanan, macam benih, serta kondisi penyimpanan sebelumnya. Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan dengan kualitas benih dan di pihak lain perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari benih yang telah mengalami proses penuaan (Kuswanto, 1997).
        Kehilangan vigor dapat dianggap sebagai suatu tahap perantara dari kehidupan benihnya, yaitu yang terjadi antara awal dan akhir proses kemunduran. Kemunduran vigor sangat sulit untuk diukur. Metode yang dapat digunakan untuk mengukur vigor adalah metode yang berdasarkan pengukuran yang berhubungan dengan daya kecambah (Justice dan Louis, 1990).

      Kelangsungan daya hidup benih ditunjukan oleh persentase benih yang akan menyelesaikan perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan vigor akhir yanga menyelesaikan perkecambahannya. Proses perkecambahan suatu benih, memerlukan kondisi lingkungan yang baik, viabilitas benih yang tinggi dan pada beberapa jenis tanaman tergantung pada upaya pemecahan dormansinya. Vigor benih dapat menjadi informasi penting untuk mengetahui kemampuan tumbuh normal dalam kondisi optimal dan sub optimal (Shankar, 2006).
      Pengujian viabilitas benih meliputi metode uji secara langsung dan tidak langsung. Dalam metode uji secara langsung kita dapat mengetahui dan menilai struktur-struktur penting kecambah secara langsung. Sedangkan metode uji secara tidak langsung dapat diketahui mutu hidup benih yang ditunjukkan melalui gejala metabolisme (Suresha et al., 2007).       
      Kualitas benih digolongkan menjadi tiga macam, yaitu kualitas genetik, fisiologis, dan kualitas fisik. Pengujian viabilitas dilakukan untuk mengetahui kualitas fisiologis yang berkaitan dengan kemampuan benih untuk berkecambah. Index matematis terhadap perkecambahan dapat mudah untuk menggambarkan kualitas benih yang dapat diterima oleh seluruh konsumen (Al-Karaki, 2002).

sumber:
Al-Karaki. G.N. 2002. Seed size and water potential effects on water uptake, germination            and      growth oflentil. Journal of Agronomy Crop Science. 181(4) :237-242.

Justice, O.L., dan Louis, N.B. 1990. Prinsip Dan Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali,   Jakarta.

Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Andi, Yogjakarta.

Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Grasindo, Jakarta.

Shankar, U. 2006. Seed size as a predictor of germination success and early seedling         growth in Hollong (Dipterocarpus macrocarpus vesque). New Forests 31(2):305-         320.

Suresha, N.L., H.C. Balachandra, H. Shivanna, 2007. Effect of seed size on germination   viability andseedling biomass in Sapindus emerginatus (Linn). Karnataka Journal             of Agricultural. Science 20(2):326-327.

No comments:

Post a Comment