Tuesday, January 15, 2013

SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK


Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang organisme dalam lingkungan hidupnya atau huubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungan hidupnya(Kimbal, 1965). Lingkungan hidup didasarkan pada beberapa konsep ekologi dasar seperti konsep biotik,abiotic, ekosistem,produktifitas, biomasa, hukum termodinamika I, dan hukum termodinamika II,siklus biogeokimia, dan juga factor pembatas (Odum,1979).
            Factor-faktor lingkungan sebagai faktor pembatas ternyata tidak hanya berperan sebagai factor pembatas minimum saja, tetapi juga bias berperan sebagai factor pembatas maksimum. Bagi tumbuhan tertentu, factor lingkungan seperti suhu ataupun kadar garam yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mempengarui proses fisiologis tumbuhan tersebut. Factor tersebut dinyatakan penting jika dalam keadaan minimum,maksimum,maupun optimum sangat berpengaruh terhadap proses kehidupan tumbuh-tumbuhan menurut batas toleransi tumbuhnya (Anonim,2006).
            Salinitas meruoakan cerminan dari kandungan garam yang tidak ikut terlindi dan boleh jadi terakumulasi pada perakaran, terutama pada musim kemarau. Pengaruh salinitas ini terutama berkaitan erat dengan nilai tekanan osmotic. Kadar garam yang tinggi emnjadikan tekanan osmotic larutan di luar sel meningkat sehingga larutan yang ada di dalam tanaman terserap keluar.dengan kata lain, penyerapan air dan unsur hara lain oleh akar menjadi terganggu (Noor, 2004).
            Salinitas adalah maslah umum yang dijumpai pada daerah arid dan semi-arid, serta dapat mengurangi hasil pertaniandalam beberapa tingkatan. Salinitas juga merupakan factor pembatas utama pada tanah yang drainasenya buruk ( Cullu, 2003). Kekeringan dan salinitas merupakan factor pembatas utama yang dapat mengurangi produktifitas tanaman. Salinitas memnghalangi perkecambahan, mengurangi pertumbuhan tunas, memperambat perkembangan tanaman, dan mengurangi hasil panen. Tanaman yang tumbuh pada daerah dengan tingkat salinitas yang tinggi memiliki komoposisi ion dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Perbedaan konsentrasi disebabkan oleh sumber air, drainase,evaporasi, transpirasi,serta kemampuan pengendapan (Jamil, 2006).
            Meskipun ion klor yang terkandung dalam garam tidak melakukan fungsi fisiologis padaproses pertukaran zat, tetapi klor memiliki pengaruh terhadap hal tersebut, dan pengaruhnya biasanya merugikan.pengaruh ion klor yang baikuntuk tanaman hanya jika konsentrasinya di bawah atau pada kondisi optimum yang dapat mendorong pembentukan klorofil. Klor juga dapat mengurangi transpirasi sehingga daun-daun menjadi lebih lembab ( Andani, 1991).
            Tanaman padi sensitive terhadap salinitas. Walaupun demikian,padi merupakan keluarga tanaman serealia yang dapat ditanam pada lahan yang salin. Hal ini karena padi mampu tumbuh pada lahan yang tergenang yang dapat mencuci garam yang ada di permukaan maupun di dalam tanah (Nafisah dan Daradjat, 2009).

             Ekologi adalah ilmu yang memepelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya, baik lingkungan yang bersifat biotik maupun yang bersifat abiotic. Ekologi tidak hanya mencakup komponen biotik maupun abiotic saja. Lebih dari itu,ekologi juga berhubungan dengan arus energy, dan daur materi yang terjadi di daratan, perairan maupun di udara. Dari sedikit pemaparan tadi, ekologi juga dapat disebut dengan ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi alam semesta. Proses yang terjadi berkaitan dengan struktur dan fungsi dari alam semesta akan berlangsung secara terus menerus mengikuti apa yang disebut dengan hukum alam.
            Telah disebutkan bahwa komponen yang menyusun lingkungan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu komponen biotik dan komponen abiotic. Komponen biotik adalah suatu komponen yang sifatnya hidup dan bisa melakkukan aktifitas secara aktif. Komponen biotk lebih diidentikkan dengan organisme-organisme yang ada di lingkungan. Contoh dari komponen biotik adalah binatang, tumbuhan dan manusia. Sedangkan komponen abiotic adalah komponen yang sifatnya tidak hidup dan biasanya tidak dapat bekerja secara aktif.Komponen abiotic lebih diidentikkan dengan lingkungan fisik. Komponen abiotic meliputi suhu, batu, intensitas cahaya, tanah, kelembaban, angina, curah hujan, danmasih banyak lagi.
            Dalam kehidupannya yang berinteraksi dengan lingkungan, suatu organisme tidak akan dapat hidup di lingkungan apa saja. ada beebrapa syarat yang harus diperhatikan agar suatu organisme dapat hidup, tumbuh, dan berkembang dengan baik. Keadaan lingkungan yang bervariasi dan khas  menjadikan  suatu lingkungan hanya cocok untuk organisme tertentu saja. Walaupun demikian suatu organisme akan dapat hidup pada lingkungan yang bukan habitat aslinya asalkan keadaan lingkungan masih berada dalam batas di mana organisme masih dapat melakukan metabolisme.      
      Dalam ekologi, ada beberapa hukum yang mendukung adanya toleransi/batasan-batasan tersebut. Yang pertama adalah Hukum Toleransi Shelford. Hukum ini menyatakan bahwa Kehadiran dan keberhasilan suatu organisme tergantung kepada lengkapnya komplerks-kompleks keadaan. Ketiadan atau kegagalan suatu organisme dapat dikendalikan oleh kekurangan atau kelebihan secara kualitatif dan kuantitatif dari salah satu beberapa faktor yang mungkin mendekati batas-batas toleransi organisme tersebut. Dengan kata lain, organisme mempunyai batasan minimum dan maksimum terhadapsemuafaktor lingkungan yang mempengaruhinya. Sedangkan yang kedua adalah Hukum Minimum Leibig. Dalam hukum ini disebutkan bahwa untuk dapat bertahan dan hidup dalam keadaan tertentu, suatu organisme harus memiliki bahan-bahan yang penting diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan keperluan-keperluan dasar ini bervariasi antara jenis dan dengan keadaan.
Salah satu yang factor yang dapat menunjukkan kemempuantoleransi suatu organisme (khkususnya tanaman) terhadap factor lingkungan adalah salinitas. Salinitas adalah tingkat keasinian atau kadar garam yang terlarut dalam tanah. Salinitas tidak hanya terjadi karena adanya senyawa NaCl, tetapi juga bisa karena adanya Na2CO3, NaHCO3 dan Na2SO4.  Secara umum salinitas disebsbkan oleh rendahnya tingkat curah hujan dan tingginya laju evaporasi. Curah hujan yang rendah menyebabkan terhalangnya terganggunya proses pencucian garam oleh air. Sedangkan tingginya laju evaporasi menyebabkan terkumpilnya garam dalam tanah dan yang ada di dalam air pada permukaan tanah.
Salinitas, dalam bidang pertanian secara umum memiliki dampak negatif yang lebih besar daripada dampak positifnya. Contoh dari dampak negatifnya adalah  mengurangi produktivitas dan nilai suatu lahan. Hal ini terjadi karena adanya kandungan garam dalam tanah dapat mengurangi ketersediaan lengas tanah, mengubah kondisi fisik tanah sehingga mengurangi penetrasi akar dan secara langsung dapat menyebabkan keracunan. Pengaruh paling umum dari konsentrasi ( dari tanah ) menyebabkan ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman berkurang.

sumber:
Anonim. 2006. Lingkungan Sebagai Faktor Pembatas <http://pustaka.ut.ac/pembatas.htm>. Diakses pada tanggal 22 April 2011.


Cullu, Mehmet Ali. 2003. Estimation of the effect of soils salinity on crop yield using remote sensing and geographic information system. Turkey Journal of Agriculture For 27: 23-28.

Andani, Sri dan E. D. Purbayanti. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Jamil, M. 2006. Effect of salt stress on germination and early seedling growth of four vegetable species. Journal Central Europe Agriculture 7:273-282.

Kimbal, J.W. 1965. Biology. Adison Wisley Publishing Company Inc., Massachussete.

Odum, Eugene. 1979. Foundamentals of Ecology Third Edition. Saunders College Publishing, Georgia.

Nafisah dan A. A Drajat. 2009. Penapisan varietas padi toleran pada lahan rawa di daerah Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Agron Indonesia 37: 107-110.
Noor, Muhammad. 2004. Lahan Rawa: Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat Masam. Raja Grafindo, Jakarta.


No comments:

Post a Comment