Thursday, January 17, 2013

Usaha Tani Bonsai di Mangkubumi, Yogyakarta

sumber gambar: httpwww.tienda-ejemplo.comWebRootStoreESShopstestejemplo47971FCE9187CB245526D94C877612C7bonsai.jpg

        Bonsai adalah tanaman kerdil yang umumnya ditanam dalam pot dangkal. Secara keseluruhan sebuah bonsai merupakan miniatur dari pohon tua yang agung di alam bebas yang disempurnakan. Lebih dari itu sebuah bonsai melambangkan keharmonisan dari alam semesta yang unsur utamanya terdiri dari langit, bumi dan manusia. Hal ini tercermin dari bentuk bonsai yang selalu merupakan segitiga asimetris. Titik tertinggi melambangkan langit, titik terendah melambangkan bumi sedang yang tengah melambangkan manusia. Bonsai sebenarnya berasal dari bahasa Jepang. Bon artinya nampan (media dangkal) dan sai berarti tumbuh. Jadi secara harfiah bonsai berarti tanaman yang tumbuh pada media dangkal (pot).
        Dalam suatu usaha tani, proses manajemen merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan suatu usaha pertanian. Hal ini karena manajemen merupakan sebuah kunci untuk dapat mengatur input seefektif dan seefisien mungkin agar didapat keuntungan yang seoptimal mungkin. Dalam usaha tani, manajemen meliputi aspek teknis, komersial, finansial, akuntansi, dan juga aspek personalia.
         Dalam usaha tani bonsai di daerah Mangkubumi, Kotabaru, Yogyakarta, juga dilakukan manajemen-manajemen yang meliputi aspek:
A. Aspek Teknis
        Secara umum, aspek teknis dalam usaha tani identik dengan budidaya komuditas yang diusahakan. Dari segi budidaya, hal yang pertama kali di lakukan dalam usaha tani adalah memilih jenis komuditas. Tanaman yang akan dipilih sebagai komuditas hendaknya memiliki ciri-ciri seperti memiliki pertumbuhan yang lambat, tanaman tahunan atau semusim yang berkayu, dan yang memiliki daun berukuran relatif kecil. Usaha tani di Mangkubumi, jenis tanaman yang diusahakan adalah pohon asam, beringin, serut, santigi, mustam, dan brasilianti.
         Bibit tanaman bonsai diperoleh dengan berbagai cara, misalnya dari biji, dari organ vegetatif, dari menukil yang ada di alam, atau juga ada yang didapat dari membeli. Biji yang digunakan biasanya diperolaeh secara gratis karena hanya mengambil di pasar (biji asem) atau juga dari tanaman tua di lingkungan sekitar. Perbanyakan secara vegetatif biasanya dilakukan dengan jalan setek ataupun dar proses cangkok. Di alam, bibit bonsai biasanya di dapat di hutan atau dari tanaman di perumahan yang di prediksi akan memiliki nilai jual ketika diubah menjadi bonsai. Kalaupun membeli, bibit bonsai biasanya diperoleh dari breeder yang ada di daerah Klaten, dan itu jarang dilakukan.
        Pada prinsipnya, bonsai haruslah mewakili tanaman yang tumbuh secara alami di alam. Batang besar, kesan tua, akar yang kokoh, dahan dan daun yang rimbun haruslah diwakili bonsai dalam proporsi sama dengan tumbuhan dengan pertumbuhan normal, hanya dengan dimensi yang lebih kecil. Untuk membentuk kesan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bonsai harus dibentuk secara buatan melalui berbagai cara seperi pemotongan dan pengawatan. Pemotongan dimaksudkan untuk menumbuhkan anak cabang dan daun agar lebih banyak lagi. Sedangkan pengawatan bertujuan untuk membuat  batang dan ranting berbentuk sesuai yang dikehendaki. Proses pembuatan bonsai tidak bisa dilakukan secara instan dan dapat berlangsung hingga bertahun-tahun. Ini berkaitan dengan sifat pertumbuhan tanaman tahunan yang relatif lambat.
        Perawatan bonsai umumnya berkaitan erat dengan habitat tanaman asli bonsai. Akan tetapi, karena bonsai yang diusahakan di mangkubumi memiliki asal habitat yang sama, perawatan yang dilakukan untuk setiap jenis tanaman juga sama. Perawatan hanya meliputi pemotongan tajuk yang berlebihan untuk tetap menjaga keindahan bonsai,  pemupukan untuk tetap memberi nutrisi pada tanaman, dan pemberantasan penyakit yang dilakukan tanpa menggunakan bahan kimia. Penyakit yang banyak timbul pada bonsai adalah jamur, dan itu bisa dihilangkan hanya dengan dijemur di bawah terik matahari, atau dengan disikat yang terkena jamur tersebut.
        Untuk skala produksi dalam usaha tani bonsai tidak memerlulan strategi khusus karena bonsai termasuk tanaman hias yang tidak dibutuhkan pasaran terlalu banyak. Permintaan bonsai di pasaran tidak menentu dan tergantung pada hobi pembelinya sehingga skala produksinnya tidak stabil dan tidak dapat ditentukan.
B. Aspek Komersial
        Input memulai usaha tani ini berawal dari modal pribadi yang semula hanya sekedar hobi yang kemudian berkembang menjadi penjual. Pemasaran tanaman bonsai juga dilakukan dengan berbagai cara misalnya membuka kios, menjualnya melalui pameran-pameran, dan langganan.
        Penafsiran harga penjualan tidak dapat diprediksi. Yang pasti, semakin lama harga bonsai semakin naik dan tidak pernah turun karena semakin”matang” pohon tersebut. Semakin tua umur pohon bonsai semakin tinggi harganya. Hal ini terkait dengan nilai artistik bonsai yang telah di buat. Selain pendapatan dari tanaman  bonsai, juga dijual sarana prasana lain yang menunjang, misalnya kawat, meja hias, pot, pupuk, media tanam, obat-obatan dan jasa (penitipan dan perawatan bonsai).
C. Aspek Finansial
            Aspek finansial meliputi penggunaan modal, cara mendapatnya serta pengeluaran sarana-prasarana yang digunakan selama proses pembuatan bonsai. Aspek finansial yg ada tidak memiliki catatan yang jelas karena tidak memiliki sistem yang terstruktur
D. Aspek Akuntansi
        Aspek akuntansi yang terdapat pada usaha tani bonsai yang kami kunjungi tidak memiliki pembukuan produksi yang pasti karena mereka menghasilkan berbagai macam jenis bonsai yang tidak terpaku pada salah satu jenis. Usaha tani bonsai juga tidak memiliki pembukuan transaksi yang pasti karena hasil dari satu penjualan bonsai dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga 3-6 bulan atau bahkan lebih tergantung dari nilai artistik tiap bonsai yang dapat menaikkan hasil jual.
E. Aspek Personalia
        Usaha tani bonsai ini diurus sendiri oleh Pak Sukris. Terkadang membutuhkan pegawai tambahan apabila permintaan bonsai meningkat. Untuk pegawai tambahan ini juga masih kerabat dekat Pak Sukris. Awal dari Pak Sukris memulai usaha bonsai dan pembuatan bonsai adalah dengan mempelajarinya secara otodidak yang kemudian berkembang setelah mengikuti pelatihan-pelatihan yang ada. Hingga sekarang, beliau juga sering menjadi pembicara atau juri-juri dalam kontes bonsai dan tanaman hias lain yang diselenggarakan.

No comments:

Post a Comment