Sunday, January 27, 2013

Lporan Praktikum: Pengukuran kehijauan dan Klorofil Daun


Klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalam tumbuhan, menyerap cahaya merah, biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya. Terdapat dalam kloroplas dan memanfaatkan cahaya yang diserap sebagai energi untuk reaksi-reaksi cahaya dalam proses fotosintesis. Klorofil A merupakan salah satu bentuk klorofil yang terdapat pada semua tumbuhan autotrof. Klorofil B terdapat pada ganggang hijau chlorophyta dan tumbuhan darat. Klorofil C terdapat pada ganggang coklat Phaeophyta serta diatome Bacillariophyta. Klorofil d terdapat pada ganggang merah Rhadophyta (Rifai, 1996).
Klorofil merupakan pigmen hijau yang ditemukan pada kebanyakan tumbuhan, alga, dan juga cyanobacteria. Klorofil menyerap cahaya lebih kuat pada warna biru dan merah, tetapi sangat sedikit porsi untuk warna hijau pada spektrum elektromagnetik, oleh karena itulah warna hijau dari klorofil tersusun atas jaringan atau kumpulan sel seperti pada daun tumbuhan. Klorofil sangat vital dalam proses fotosintesis, karena membuat tanaman mendapatkan energi dari cahaya. Molekul klorofil tersusun sangat spesifik di dalam atau di sekitar pigmen protein kompleks yang disebut sebagai fotosistem yang bekerja pada membran tilakoid pada kloroplas (Anonim, 2009).

Semakin lama waktu pemberian naungan sampai 4 bulan dan semakin tinggi persentase naungan sampai 50% akan meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, warna daun, panjang daun, lebar daun, jumlah anakan, jumlah cabang, dan indeks luas daun jika dibandingkan dengan tanpa naungan. Pemberian naungan menurunkan bobot brangkasan, bobot basah umbi, menurunkan jumlah stomata, trichoma, dan menurunkan tebal daun tetapi tidak berpengaruh pada bobot kering umbi. Pemberian naungan meningkatkan kandungan antosianain, klorofil/a, rasio klorofila/b (Ghulamahdi dan Aziz, 2009).
Tanaman yang tumbuh di kondisi ternaung akan memiliki kandungan klorofil lebih tinggi daripada tanaman yang tumbuh di kondisi tidak atau kurang ternaung. Perubahan warna hijau pada tumbuhan taliputri muda menjadi coklat kemerahan setelah tua, berkaitan dengan pemecahan kloroplas menjadi kromoplas yang menyebabkan klorofil rusak, sehingga kandungan klorofil menurun selama proses pematangan. Keberadaan karotenoid di dalam tumbuhan tingkat tinggi memainkan peranan penting sebagai pelindung klorofil terhadp cahaya atau sebagai fotoprotektor (Heriyanto dan Limantara, 2006).
Nitrogen (N) merupakan salah satu hara makro yang menjadi pembatas utama produksi tanaman karena nitrogen merupakan hara essensial yang berfungsi sebagai bahan penyusun asam amino, protein, dan klorofil yang penting dalam proses fotosintesis serta bahan penyusun komponen inti sel. Pemupukan nitrogen penting artinya apabila di tinjau dari segi hasil dan kualitas tanaman serta polusi lingkungan yang ditimbulkan (Sirappa, 2003).
Karena nitrogen terdapat dalam sedemikian banyak senyawa penting, tidaklah mengherankan kalau pertumbuhan akan lambat tanpa nitrogen. Tumbuhan yang mengandung cukup nitrogen untuk sekedar tumbuh saja akan menunjukkan gejala kekahatan, yakni klorosis biasa terutama pada daun tua. Daun muda tetap hijau lebih lama karena mereka mendapatkan nitrogen larut yang berasal dari daun tua. Beberapa jenis tanaman seperti tomat dan jagung varietas tertentu menunjukkan warna keunguan pada batang, tangkai daun, dan permukaan bawah daun karena adanya penumpukan pigmen antosianin. Tumbuhan yang terlalu banyak mendapatkan nitrogen biasanya mempunyai daun berwarna hijau tua dan lebat, dengan sistem akar yang kerdil sehingga nisbah tajuk-akarnya tinggi (Salisbury dan Ross, 1995).
Penggunaan pupuk nitrogen  dapat meningkatkan kualitas daun pada tanaman Cleome gynandra. Menggunakan nitrogen yang semakin meningkat akan meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun dan berat segarnya. Tanaman yang kekurangan nutrisi terlihat tinggi dan kurus, pertumbuhan lambat dan warnanya terlihat tidak sehat seperti tanaman yang sehat. Kekurangan nitrogen menyebabkan produksi protein dan senyawa penting lain untuk menghasilkan sel-sel baru akan menurun. Penggunaan 106kg/ha pupuk nitrogen akan memberikan suplai yang berlebihan, yang akan menghasilkan daun berwarna hijau gelap yang menjadikan tanaman menjadi sukulen dan  berakibat semakin buruk. Respon dari kenaikan pupuk nitrogen menunjukkan meningkatnya daun dan jumlah tunasnya, dan juga peningkatan berat pertanaman per satuan waktu. Hal ini menunjukkan bahwa senesence dari daun memberikan periode yang lebih panjang untuk pemangkasan (Mauyo, et al., 2008). 

sumber:

Anonim. 2009. Chlorophyll. <http://en.wikipedia.org/wiki/Chlorophyll>. Diakses pada 21 Maret 2009. 

Dobermann, A., dan T. Fairhurst. 2000. Rice: Nutrient Disorders & Nutrient Management. International Rice Research Institute (IRRI), Potash & Phosphate Institute of Canada. 
Ghulamahdi, M dan S. A. Aziz. 2009. Produksi Senyawa Bioaktif Daun Dewa (Gynura pseudochina (L.) DC) Melalui Studi Agrobiofisik, Studi Keragaman, Lama Pencahayaan dan Optimalisasi Pemupukan. <http://web.ipb.ac.id/>. Diakses pada 21 Maret 20098.
Heriyanto dan L. Limantara. 2006. Komposisi dan kandungan pigmen utama tumbuhan taliputri Cuscuta australis R.Br. dan Cassytha filiformis L. Makara Sains 10(2): 69-75.
Mauyo, L.M., V.E. Anjichi, G.W. Wambugu, dan M.E. Omunyini. 2008. Effect of nitrogen fertilizer levels on fresh leaf yield of spider plant (Cleome gynandra) in Western Kenya. Academic Journal 3(6): 240-244.
Rifai, M.A. 1996. Kamus Biologi. Rineka Cipta, Jakarta.
Salisbury, F.B, dan C.W. Ross. 1995. Plant Physiology (Fisiologi Tumbuhan, alih bahsa: D.R. Lukman dan Sumaryono). ITB, Bandung.
Sirappa, M.P. 2002. Penentuan batas kritis dan dosis pemupukan untuk tanaman jagung di lahan kering pada tanah typic Usthorthents. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 3(2): 25-37

No comments:

Post a Comment